Friday, 26 April 2024

Search

Friday, 26 April 2024

Search

Filipina Diguncang Mogok Kerja Sopir Angkot

FILIPINA(IM)-Sejumlah kota di Filipina, termasuk ibu kota Manila, pada Senin (6/3) diguncang aksi mogok yang dilancarkan para sopir dan pemilik angkutan kota yang di Filipina terkenal dengan sebutan “jeepney”. Aksi mogok kerja ini membuat ribuan pengguna angkutan umum terlantar di banyak kota di Filipina.

Menurut laman The Straits Times, dalam unjuk rasa yang akan berlangsung selama tujuh hari mulai Senin 6 Maret ini, para sopir dan pemilik jeepney memprotes kebijakan peremajaan angkutan umum yang diterapkan Pemerintah Filipina.

Sejak diperkenalkan pada 2017, Pemerintah Filipina menerapkan program modernisasi jeepney dengan mewajibkan jeepney berusia 15 tahun ke atas harus diganti dengan kendaraan impor berbahan bakar diesel Euro-4 atau listrik, demi menurunkan tingkat emisi karbon di berbagai kota Filipina.

Sopir dan operator jeepney juga diharuskan membentuk koperasi atau korporasi dengan armada minimal 15 jeepney yang sudah dipermodern. Jika, tak mau mengikuti aturan ini, maka para sopir dan pemilik jeepney tak boleh beroperasi.

Situasi ini mendorong sopir dan pemilik jeepney menggelar mogok kerja karena menolak kebijakan yang dianggap tidak pro kepada nasib mereka.

Pada hari pertama aksi mogok yang terjadi di Manila dan kota-kota sekitarnya itu Senin ini, 40.000 sopir jeepney menolak mengangkut penumpang, kata Mar Valbuena, kepala kelompok transportasi Manibela.

Untuk mencegah dampak buruk aksi ini, sejumlah sekolah dan kantor pemerintah serta swasta memutuskan beralih lewat sistem belajar dan kerja jarah jauh lewat internet.

Calon penumpang lainnya beralih ke angkutan online, baik itu taksi online maupun ojek online.

Pemerintah Filipina sendiri menawarkan tumpangan gratis di seluruh kota dan provinsi di negara ini. Sejumlah sopir jeepney sendiri masih mengangkut penumpang karena tak ingin kehilangan pendapatan.

Bagi beberapa calon penumpang lainnya, aksi mogok ini membuat mereka harus berlama-lama menunggu angkutan umum lainnya, seperti kendaraan roda tiga yang di Indonesia dikenal dengan bajay.

Calon penumpang pun harus mengeluarkan uang yang jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan menggunakan jeepney.

Ongkos menaiki jeepney bisa seharga 12 peson, tetapi tarif “bajay” Filipina bisa dua kali lipatnya.

“Hari ini sulit sekali mendapatkan tumpangan, tetapi saya setuju dengan mogok kerja ini. Pemerintah tak boleh menyingkirkan jeepney karena penggantinya terlalu mahal,” kata Jaime Maramag, pengemudi truk berusia 56 tahun yang harus menunggu angkutan umum selama 30 menit di Quezon City.

PBB: Persekusi Taliban Pada Perempuan Merupakan Kejahatan Kemanusiaan

JENEWA(IM) — Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengatakan perlakuan Taliban pada perempuan Afghanistan dapat dikategorikan kejahatan pada kemanusiaan. Sejak berkuasa Agustus 2021 lalu Taliban menekan kebebasan dan hak-hak perempuan seperti melarang mereka datang ke sekolah dan universitas.

Dalam laporannya dari bulan Juli sampai Desember 2022, Pelapor Khusus PBB di Afghanistan, Richard Bennett mengatakan perlakukan Taliban pada kebebasan dan hak perempuan “mungkin termasuk persekusi gender, kejahatan terhadap kemanusiaan.”

“Kebijakan Taliban yang disengaja dan diperhitungkan dalam menolak hak asasi perempuan dan menyingkirkan mereka dari kehidupan publik, mungkin merupakan persekusi perempuan yang masuk dalam kejahatan internasional yang mana pihak berwenang dapat dimintai pertanggung jawaban,” kata Bennett pada Dewan HAM PBB, Senin (6/3).

Sebelumnya Taliban juga pernah mengatakan berencana membuka kembali sekolah untuk perempuan setelah menetapkan syarat tertentu. Bennett mengatakan Dewan HAM PBB harus mengirimkan pesan kuat pada Taliban.

“Perlakuan buruk pada perempuan tidak dapat ditoleransi dan dibenarkan dengan alasan apa pun, termasuk agama,” katanya.

“Dampak akumulatif pembatasan pada perempuan sangat menghancurkan dan berdampak lama pada seluruh populasi, dan sama saja dengan apartheid gender,” katanya.

Pada Desember lalu Taliban melarang sebagian besar perempuan bekerja di lembaga kemanusiaan. Banyak lembaga menghentikan sementara operasinya di Afghanistan yang sedang mengalami krisis kemanusiaan selama musim dingin.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media