Sunday, 19 May 2024

Search

Sunday, 19 May 2024

Search

Stunting Mengancam, Masyarakat Harus Makin Sadar Pemenuhan Gizi Seimbang

JAKARTA(IM) – Stunting adalah permasalahan nasional yang masih terus dialami Indonesia. Sementara, dampak stunting akan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia baik jangka panjang maupun pendek. 

Menurut dr Lula Kamal,  angka stunting sudah ada pencapaian baik pada tahun 2022, di mana angka stunting di Indonesia sudah menurun ke angka 21,6% (dari angka 24,4% pada tahun 2021).

”Tapi angkanya memang masih lumayan tinggi apabila dibandingkan dengan ketetapan WHO, yakni di bawah 20%,” ujar dr Lula.

Lula juga mengatakan bahwa secara garis besar stunting adalah keadaan di mana terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat adanya kekurangan gizi kronis. 

“Harus digarisbawahi bahwa gizi buruk dan stunting itu berbeda. Kalau stunting, jelas anak mengalami gizi buruk. Namun, belum tentu anak yang gizi buruk akan stunting. Poinnya, gizi buruk adalah pintu gerbang stunting,” tambah dia. 

Maka dari itu, penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan nutrisinya. Hal dilakukan agar anak tidak menderita stunting. 

Menurut Lula, seorang ibu hamil diperbolehkan mengonsumsi berbagai jenis makanan dan sebaiknya jangan memperhatikan mitos atau pantangan yang beredar. 

“Karbohidrat yang harus dikonsumsi ibu hamil itu 50%. Jadi, harus makan beraneka ragam makanan termasuk sayur dan buah. Makan sebanyak mungkin dan kalau bisa variasi sayur serta buah-buahannya diperhatikan,” kata dokter yang juga berprofesi sebagai public figure itu. 

Lantas, bagaimana indikasi atau ciri-ciri anak yang terkena stunting? Pertanyaan tersebut tentu banyak dilontarkan masyarakat, terutama orangtua yang khawatir akan kesehatan anaknya. 

Lula mengutarakan bahwa anak yang dicap stunting biasanya saat berusia 2 tahun dengan indikasi tubuhnya yang lebih pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya. 

“Untuk hal ini, harus dicek lebih lanjut. Sebab, mungkin saja tinggi badan yang kurang sesuai itu adalah keturunan atau faktor genetik,” tambah dia.

Maka dari itu, penting bagi ibu hamil untuk memperhatikan asupan nutrisinya. Hal dilakukan agar anak tidak menderita stunting. 

Menurut Lula, seorang ibu hamil diperbolehkan mengonsumsi berbagai jenis makanan dan sebaiknya jangan memperhatikan mitos atau pantangan yang beredar. “Karbohidrat yang harus dikonsumsi ibu hamil itu 50%. Jadi, harus makan beraneka ragam makanan termasuk sayur dan buah. Makan sebanyak mungkin dan kalau bisa variasi sayur serta buah-buahannya diperhatikan,” kata dokter yang juga berprofesi sebagai public figure itu. 

Lantas, bagaimana indikasi atau ciri-ciri anak yang terkena stunting? Pertanyaan tersebut tentu banyak dilontarkan masyarakat, terutama orangtua yang khawatir akan kesehatan anaknya. 

Lula mengutarakan bahwa anak yang dicap stunting biasanya saat berusia 2 tahun dengan indikasi tubuhnya yang lebih pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya. 

“Untuk hal ini, harus dicek lebih lanjut. Sebab, mungkin saja tinggi badan yang kurang sesuai itu adalah keturunan atau faktor genetik,” tambah dia.
Lanjutnya, anak yang terkena stunting biasanya mempunyai berat badan yang rendah, pertumbuhan tulangnya tertunda, dan kemampuan berpikirnya yang juga terganggu. 

Sebab, otak si kecil tidak bisa tumbuh secara optimal. Bukan hanya bahaya pada saat yang bersamaan, stunting juga menyebabkan bahaya bagi anak di kemudian hari. 

Lula menyebut, setidaknya ada 3 penyakit yang akan mengancam anak stunting, yakni jantung, obesitas, dan diabetes. Selain gizi, faktor lain yang juga bisa menyebabkan stunting adalah pernikahan dini. 

Menurut Lula, Ibu hamil dengan usia yang masih sangat belia, katakanlah 16 tahun, memiliki peluang terkena berbagai macam penyakit seperti kanker serviks. 

Selain itu, kemungkinan besar mereka juga tidak memedulikan gizi bagi si anak. Akibatnya, anak bisa saja lahir prematur dengan berat badan rendah,” ujarnya.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media