Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam wawancara eksklusif dengan TF1, mengejutkan dunia dengan pernyataan siapnya membahas pengerahan pesawat tempur nuklir Prancis di Eropa. Pernyataan ini disampaikan menyusul pemberitaan Internationalmedia.co.id yang sebelumnya telah mengulas isu ini. Macron menyinggung keberadaan bom nuklir Amerika Serikat di beberapa negara Eropa seperti Belgia, Jerman, Italia, dan Turki sebagai contoh. Ia menegaskan, "Kami siap untuk membuka pembicaraan soal ini." Namun, Macron memberikan tiga syarat penting.
Ketiga syarat tersebut adalah Prancis tidak akan menanggung biaya keamanan negara lain, tidak akan mengorbankan kepentingan nasionalnya, dan keputusan akhir tetap berada di tangannya sebagai kepala negara dan panglima tertinggi angkatan bersenjata. Pernyataan ini menimbulkan spekulasi luas tentang implikasi geopolitiknya, terutama mengingat Prancis sebagai satu-satunya negara Uni Eropa yang memiliki senjata nuklir.

Diskusi mengenai perluasan penangkal nuklir Prancis ini semakin intensif setelah invasi Rusia ke Ukraina. Polandia, sebagai sekutu utama Ukraina dan kekuatan penting di Uni Eropa, telah menyatakan minatnya untuk mendapatkan keuntungan dari payung nuklir Prancis. Macron sendiri menyebut selalu ada pertimbangan dimensi Eropa dalam hal kepentingan vital, namun ia enggan menjelaskan lebih detail. Pernyataan Macron ini tentu akan memicu perdebatan panjang di antara para ahli strategi dan politikus internasional. Langkah ini dinilai sebagai perubahan signifikan dalam strategi pertahanan Eropa.