Saturday, 27 April 2024

Search

Saturday, 27 April 2024

Search

Ini Dampaknya Jika Erdogan Kalah dalam Pilpres Turki

ISTANBUL– Pemilihan presiden (pilpres) tahun ini akan menjadi keputusan politik terpenting dalam 100 tahun sejarah Turki. Pemilu Turki tidak hanya menentukan masa depan negara itu, tetapi juga di luar perbatasannya.

Kekalahan Recep Tayyip Erdogan, salah satu sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin paling penting, akan menjadi pukulan berat bagi Kremlin. Tapi akan keuntungan bagi pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan banyak negara Eropa dan Timur Tengah yang bermasalah dengan Erdogan.

Saat ditanya mengenai pemilihan presiden Turki dan diberitahu kedua belah pihak bersengketa mengenai hasil pemungutan suara. “Terdengar familiar ya?” jawab Biden, Senin (15/5).

Erdogan yang merupakan pemimpin terlama anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara terbesar kedua di Eropa membawa Turki menjadi pemain global. 

Ia memodernisasi Turki melalui berbagai mega proyek, seperti jembatan dan bandara baru dan membangun industri pertahanan yang dicari negara-negara lain.

Namun kebijakan ekonomi suku bunga rendahnya membawa Turki ke krisis biaya hidup dan inflasi. Hal ini menimbulkan kemarahan pemilih. Tak hanya itu, pemilik hak suara juga geram dengan lambatnya respons pemerintah Erdogan pada gempa bumi di selatan Turki yang menewaskan 50 ribu orang.

Kritikus khawatir bila Erdogan memenangkan pemilihan, ia akan menjadi semakin otoriter. Namun, presiden berusia 69 tahun yang telah memenangkan banyak pemilihan itu mengatakan bahwa ia menghormati demokrasi.

“Sejak pemilu sebelumnya gagasan saya sudah berubah, saat ini saya merasa terhina, kami lelah dengan kata-kata kosong, tentu ada hal-hal baik yang (Erdogan) lakukan, tapi akhir-akhir mereka meremehkan dan menghina negara, sulit untuk mengatasinya di usia tertentu,” kata salah satu pemilih di Istanbul, Gungor Yucel yang berusia 80 tahun.

Seperti diberitakan,  Pemilu Turki kian panas setelah Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan dan rivalnya Kilicdaroglu saling klaim bakal menang.

Pemilihan Presiden Turki telah dilakukan Minggu (14/5). Namun, diyakini pemilihan tersebut tak akan berakhir hanya dalam satu putaran.

Berdasarkan penghitungan sementara yang dikeluarkan Anadolu, berdasarkan proyeksi 97,95 persen suara yang dihitung, Erdogan memiliki 49,34 persen.

Sedangkan Kilicdaroglu dilaporkan mendapatkan suara 44,99 persen.

Erdogan berbicara di hadapan kerumunan besar di depan markas AKP di Ankara, Senin (15/5/2023) pagi, mengungkapkan keyakinannya bakal menang dalam pemilu.

“Kami tahu kami memimpin di pemilu, namun kami menunggu manifestasi dari keinginan nasional, karena hasilnya saat ini belum diresmikan,” kata Erdogan dikutip dari Financial Times.

Sementara itu, Kilicdaroglu juga mengungkapkan keyakinannya bersama pemimpin koalisis oposisi lainnya.

Ia mengatakan Erdogan tak mendapatkan hasil yang diharapkannya meski telah melontarkan fitnah dan hinaannya.

“Data itu akan terus mengalir, dan pemilihan akan berlanjut ke putaran kedua. Kami jelas akan menang,” katanya.

Sementara itu pemilu untuk parlemen, kolisi parlemen Erdogan, yang didalamnya termasuk AKP dan Partai Pergerakan Nasionalis berhasil mempertahankan mayoritasnya.

Koalisi itu telah merebut 323 dari 600 kursi, berdasarkan 96 persen kotak suara yang dibuka berdasarkan laporan yang dikeluarkan Anadolu.

Sementara itu, aliansi oposisi mendapatkan 211 kursi.

Yang membuat tensi pemilu tambah panas, aliansi pendukung Kilicdaroglui keberatan dengan data yang diberikan Anadolu.

Mereka berargumen bahwa penghitungan tersebut mengecualikan daerah-daerah di mana oposisi telah bekerja dengan baik, dan mengeklaim AKP memperlambat proses penghitungan dengan mengajukan keberatan di kubu oposisi.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media