Friday, 26 April 2024

Search

Friday, 26 April 2024

Search

Inggris Akhirnya Bisa Menang Di Italia

Selebrasi Harry Kane (kanan) dan kedua rekannya usai mencetak gol ke gawang Italia.

NAPLES  – Timnas Inggris menumbangkan Italia 2-1 pada matchday pertama Grup C Kualifikasi Piala Eropa 2024, di Stadion Diego Armando Maradona, Jumat (24/3) dinihari WIB. Itu artinya Timnas Inggris mengakhiri puasa kemenangan di Italia setelah berjalan selama 62 tahun (sejak 1961).

The Three Lions memimpin 2-0 di babak pertama lewat gol Declan Rice dan Harry Kane. Gli Azzurri berhasil menguasai babak kedua dan membuat Inggris kewalahan. Namun, pemegang trofi Piala Eropa 2020 itu  hanya bisa membals satu gol melalui Mateo Retegui.

Dalam laga itu Inggris harus bermain dengan 10 orang di menit ke-80 karena Luke Shaw diganjar kartu kuning kedua. Namun  pasukan Gareth Southgate bisa meredam serangan gencar yang dilakukan Italia.

Southgate sangat senang dengan hasil tersebut apalagi diraih di kandang lawan. Namun ia tidak sependapat jika laga itu disebut sebagai pelampiasan balas dendam atas gagalnya Inggris di final Piala Eropa lalu, usai digilas Italia lewat adu penalti.

“Laga ini sebenarnya imbang. Kami menguasai jalannya laga di babak pertama, tetapi mereka memberikan tekanan di babak kedua. Saya tentu senang dengan hasil ini apalagi kami menunggu cukup lama untuk menang di Italia. Tidak ada motivasi balas dendam, karena kini situasinya lain, berjuang menuju Piala Eropa 2024,” kata Southgate dikutip dari Reuters.

Secara umum ia menilai penampilan pemainnya sangat bagus, walau ia menyesal karena gagal menambah gol. Satu peluang emas didapatkan  Jack Grealish. Berawal dari kerja sama Bukayo Saka dengan Harry Kane di sayap kanan diakhiri dengan sebuah umpan matang kepada Grealish di depan kotak enam yard. Kiper Italia Gianluigi Donnarumma sudah terkecoh, dan Grealish tinggal melakukan sontekan ke gawang yang kosong.

Namun, sayang sekali Grealish melakukan sebuah penyelesaian buruk kalau tidak mau dibilang memalukan. Tembakan voli Grealish melenceng sehingga bola dibiarkan saja melewati garis gawang. Grealish hanya bisa memegang kepalanya tanda tidak percaya, reaksi serupa ditunjukkan Saka yang memotori serangan.

Southgate kemudian menarik keluar Grealish untuk digantikan Phil Foden di menit ke-69. Bagaimanapun, untung saja kegagalan Grealish itu tidak mengubah hasil akhir pertandingan.  “Yah, begitulah sepakbola. Mestinya kami mendapatkan tambahan gol, tetapi kami kurang akurat menyelesaikan peluang dengan baik,” sesal Southgate.

Di sisi lain Southgate memberikan pujian kepada  Kane yang sukses menunjukkan mentalitas yang sangat baik dan pantas mendapatkan rekor pencetak gol terbanyak The Three Lions sepanjang masa dengan 54 gol.

“Dia (Harry Kane) luar biasa, bisa memecahkan rekor dalam kondisi seperti ini menunjukkan semua kekuatan mental yang dia miliki. Ini benar-benar pencapaian yang luar biasa, para pemain bersorak untuknya dan ini merupakan reaksi terhadap rekor tersebut daripada apa yang harus dia alami di Qatar,” ujar Southgate.

Kane sudah mencetak 54 gol dalam 81 caps bersama Inggris. Ia melewati catatan seniornya, Wayne Rooney yang mencetak 53 gol dalam 120 penampilan.

“(Rekor) ini berarti segalanya bagi saya. Saya sangat antusias mengenakan seragam Inggris, kembali bermain di sini dan memulai perjalanan menuju Piala Eropa tahun depan. Itu memang pantas diganjar penalti, dan sekalinya bola menyentuh jaring, emosi yang luar biasa muncul. Momen yang ajaib,” ujar Kane kepada Channel 4 usai laga, dikutip BBC.

Penalti Kane didapat  setelah Giovanni di Lorenzo menyentuh bola dengan tangannya. Wasit sempat  mengecek melalui VAR guna memutukan tendangan penalti untuk tim tamu.

Kane sebetulnya bisa memecahkan rekornya di ajang yang lebih bergengsi, yakni Piala Dunia 2022 lalu. Ia mendapat penalti di laga perempatfinal melawan Prancis, namun eksekusinya gagal berbuah gol. Inggris pun tersingkir dan Kane harus menunggu.

Rooney pun memberikan ucapan selamat kepadanya. “Terima kasih banyak (untuk Rooney). Saya menyaksikan langsung di lapangan ketika Wayne memecahkan rekor. Saya tahu betapa berartinya itu bagi dia dan saya bangga kepadanya. Saya masih ingat ketika saya memberinya sepatu penghargaan karena ia telah memecahkan rekor, dia bilang dia akan memberikannya kembali pada saya suatu hari. Sungguh pribadi yang spesial,” kata Kane.

Sementara  pelatih Italia Roberto Mancini menilai hasilnya kurang adil. Ia menyesalkan kegagalan mengamankan area penalti dengan bersih dalam situasi sepak pojok. Tapi terlepas dari itu ia merasa hasil imbang semestinya lebih mencerminkan situasi lapangan.

“Kami sejak awal tahu ini laga yang sulit, tapi kami kebobolan dua gol dari dua sepak pojok. Babak pertama lebih berat pastinya, kami mendominasi babak kedua dan mencoba untuk setidaknya berimbang, yang saya pikir akan jadi hasil adil. Ini mengecewakan, tapi ada jalan panjang di depan. Start kami baik dengan pressing tinggi, yang tak kami lakukan di sisa babak pertama. Saya melihat tim nasional yang bagus di babak kedua dan itu pertanda baik untuk masa depan,” kata Mancini kepada RAI Sport.***

Vitus DP

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media