Internationalmedia.co.id memberitakan sebuah situasi yang penuh teka-teki di tengah konflik Ukraina-Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata singkat selama Paskah, yang dimulai Sabtu malam hingga Minggu tengah malam. Namun, klaim ini langsung dibantah oleh pihak Ukraina.
Pengumuman gencatan senjata oleh Putin disampaikan saat Presiden Amerika Serikat mendesak kedua belah pihak untuk berdamai, namun Kremlin tampak tak bergeming. Putin, dalam pernyataan yang disiarkan televisi, menyatakan penghentian semua aksi militer selama periode tersebut atas dasar kemanusiaan. Ia menambahkan bahwa pasukan Rusia tetap siaga menghadapi potensi pelanggaran gencatan senjata dan provokasi dari pihak Ukraina.

Ironisnya, beberapa jam setelah pengumuman tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky justru menuduh pasukan Rusia terus melancarkan serangan di beberapa bagian garis depan. Zelensky bahkan menyoroti ketidakseriusan Putin yang menolak usulan gencatan senjata selama 30 hari dari AS. Ia menantang Rusia untuk membuktikan keseriusannya dengan memperpanjang gencatan senjata hingga 30 hari, bukan hanya 30 jam yang dinilai hanya untuk pencitraan semata.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia balik menuduh Ukraina melanggar gencatan senjata dengan melakukan lebih dari 444 kali penembakan ke posisi Rusia, ditambah lebih dari 900 serangan pesawat tak berawak. Mereka mengklaim serangan tersebut menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di wilayah perbatasan Bryansk, Kursk, dan Belgorod. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen. Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan telah menguasai Novomikhailivka di Ukraina timur sebelum deklarasi gencatan senjata.
Pernyataan yang saling bertolak belakang ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah gencatan senjata Paskah hanyalah sebuah sandiwara politik, atau memang ada upaya perdamaian yang terhalang oleh kepentingan masing-masing pihak? Internationalmedia.co.id akan terus memantau perkembangan situasi di lapangan.