Internationalmedia.co.id – News melaporkan, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat. Rusia mengancam akan membalas setelah Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan Amerika Serikat untuk menyerang wilayahnya. Klaim Rusia menyebutkan sistem pertahanan udara mereka berhasil mencegat delapan rudal ATACMS dan 72 drone Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut tindakan Ukraina, yang didukung Barat, sebagai eskalasi serius dan akan mendapat balasan.
Serangan rudal tersebut, menurut klaim Rusia, sebagian terjadi di wilayah Leningrad di barat laut dan satu di Kursk. Presiden AS yang akan segera lengser, Joe Biden, sebelumnya telah menyetujui penggunaan ATACMS oleh Ukraina, sebagian sebagai respons atas perluasan konflik oleh Rusia dengan mengerahkan pasukan Korea Utara. Menanggapi hal ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan membalas dengan rudal balistik baru Rusia yang berkemampuan nuklir, ‘Oreshnik’. Putin bahkan sempat mengisyaratkan kemungkinan penembakan rudal tersebut ke Kyiv. Peluncuran uji coba rudal ‘Oreshnik’ sebelumnya telah dilakukan pada 21 November 2024, menargetkan wilayah Dnipro, Ukraina.

Serangan drone Ukraina juga menyebabkan penutupan sementara bandara St. Petersburg, menurut laporan kantor berita pemerintah Rusia, TASS. Gubernur oblast Leningrad, Aleksandr Drozdenko, menyatakan bahwa tanggal 4 Januari mencatatkan rekor jumlah drone yang berhasil dihancurkan di wilayahnya. Seorang pejabat keamanan Ukraina, Andrii Kovalenko, menyebut pelabuhan di Leningrad sebagai target, menganggapnya sebagai infrastruktur vital ekonomi dan militer Rusia.
Di sisi lain, Rusia juga melancarkan serangan balasan dengan meluncurkan 81 drone ke Ukraina pada Jumat hingga Sabtu malam. Komando Angkatan Udara Ukraina mengidentifikasi drone tersebut sebagai campuran drone Shahed buatan Iran dan berbagai jenis drone tiruan. Sekitar 34 drone berhasil dicegat, namun serangan tersebut menyebabkan kerusakan di wilayah Chernihiv dan Sumy.
Situasi di medan perang menunjukkan Ukraina menghadapi posisi yang kurang menguntungkan di awal tahun 2025. Rusia dilaporkan telah menguasai desa Nadiya di wilayah Luhansk, sementara kota Pokrovsk di Donetsk berada di bawah tekanan berat Rusia. Kekhawatiran Ukraina semakin bertambah dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, mengingat janjinya untuk mengakhiri konflik dan kemungkinan pengurangan bantuan militer ke Ukraina.
Sementara itu, di perbatasan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengklaim pasukannya telah menimbulkan kerugian besar bagi pasukan Rusia dan Korea Utara di wilayah Kursk. Zelenskyy, mengutip laporan komandan tinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi, menyatakan Rusia kehilangan satu batalion pasukan di dekat desa Makhnovka. Meskipun jumlah pasti korban jiwa tidak diungkapkan, Zelenskyy menekankan signifikansi kerugian tersebut. Klaim ini juga menyebutkan kerugian besar pasukan Korea Utara di wilayah Kursk pada pekan sebelumnya, dengan beberapa tentara Korea Utara bahkan dieksekusi oleh pasukan mereka sendiri untuk menghindari penangkapan. Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di sepanjang garis depan sepanjang 1.000 km, dengan situasi paling sulit di dekat Pokrovsk, yang tetap menjadi sektor terpanas di garis depan. Rusia terus melancarkan serangan di dekat kota tersebut untuk memutus jalur pasokan Ukraina.