Internationalmedia.co.id melaporkan insiden memilukan di Gaza. Tuduhan serangan Israel terhadap warga sipil di dekat lokasi distribusi bantuan kemanusiaan menimbulkan kontroversi. Badan pertahanan sipil Gaza mencatat korban jiwa mencapai 31 orang dan lebih dari 176 luka-luka. Namun, pihak militer Israel membantah keras tuduhan tersebut.
Insiden terjadi di dekat pusat distribusi bantuan yang didukung Amerika Serikat, di Rafah, Gaza Selatan. Menurut saksi mata, tembakan dari pesawat nirawak dan tank menargetkan ribuan warga sipil yang tengah mengantre bantuan. Gambar-gambar yang beredar memperlihatkan pemandangan mencekam: warga Palestina membawa jenazah dengan kereta keledai, sementara yang lain berupaya menyelamatkan diri di tengah kepanikan.

Mahmud Bassal, juru bicara pertahanan sipil Gaza, secara tegas menyatakan bahwa tembakan Israel menjadi penyebab jatuhnya korban. Abdullah Barbakh, seorang warga Palestina, menggambarkan situasi saat itu sebagai kekacauan total. Ia mengaku tak mengerti mengapa warga yang tengah mengantre bantuan justru menjadi sasaran tembak. Laporan serupa juga datang dari pusat distribusi bantuan lainnya di Gaza tengah.
Di sisi lain, militer Israel melalui pernyataan resminya membantah keras tuduhan tersebut. Mereka menyatakan hasil penyelidikan awal menunjukkan pasukannya tidak menembaki warga sipil di dekat atau di dalam lokasi distribusi bantuan. Pihak militer bahkan menuduh Hamas berupaya melemahkan upaya distribusi makanan dan menyebarkan informasi palsu. Sejalan dengan pernyataan militer Israel, juru bicara Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) juga membantah adanya korban jiwa atau luka-luka, menyebut laporan tersebut sebagai provokasi Hamas.
Pernyataan yang saling bertolak belakang ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa di Gaza? Investigasi independen dan transparan sangat dibutuhkan untuk mengungkap kebenaran di balik insiden memilukan ini. Nasib para korban dan keluarga mereka kini menjadi sorotan dunia internasional.