Rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab selama kunjungannya ke Timur Tengah menimbulkan kemarahan Iran. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Internationalmedia.co.id yang mengutip sumber dari Associated Press (AP). Perubahan nama perairan strategis ini memang telah lama menjadi isu sensitif, terutama bagi Iran yang secara tegas menolak perubahan sebutan tersebut.
Kemarahan Iran diungkapkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi melalui media sosial X. Araghchi menyebut rencana tersebut sebagai tindakan bermotif politik dan menunjukkan niat bermusuhan terhadap Iran. Ia menegaskan, upaya tersebut merupakan penghinaan bagi seluruh rakyat Iran tanpa memandang latar belakang atau tempat tinggal. Araghchi menambahkan, meskipun perubahan nama tersebut tak memiliki kekuatan hukum atau geografis, hal itu tetap akan memicu kemarahan rakyat Iran baik di dalam maupun luar negeri.

Kontroversi serupa pernah terjadi pada masa jabatan Trump sebelumnya di tahun 2017. Kala itu, penggunaan istilah "Teluk Arab" oleh Trump bahkan membuat Presiden Iran saat itu, Hassan Rouhani, menyarankan Trump untuk mempelajari geografi. Bahkan pada 2012, Iran mengancam akan menuntut Google karena tidak mencantumkan nama perairan tersebut dalam peta mereka. Menariknya, meskipun pemerintah AS secara resmi menggunakan istilah "Teluk Persia", militer AS sendiri diketahui telah lama menggunakan istilah "Teluk Arab" dalam pernyataan dan publikasi mereka. Perkembangan ini tentu akan memanaskan situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah.