Serangan udara Israel yang brutal kembali menghantam Jalur Gaza. Internationalmedia.co.id melaporkan, sedikitnya 25 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru yang menyasar kamp-kamp pengungsi. Jumlah korban jiwa ini menambah daftar panjang penderitaan warga sipil yang terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, mengungkapkan bahwa serangan udara tersebut menargetkan tenda-tenda di area Al-Mawasi, Khan Younis. Sedikitnya 16 orang tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam serangan yang menghantam beberapa tenda pengungsi. "Dua rudal Israel langsung menghantam tenda-tenda yang menampung keluarga pengungsi," ungkap Bassal. Selain itu, dua serangan lain di lokasi berbeda menewaskan sembilan orang lainnya. Tujuh korban tewas ditemukan di kamp pengungsi Beit Lahia, sementara satu ayah dan anaknya menjadi korban serangan di dekat Al-Mawasi.

Serangan ini merupakan bagian dari operasi militer Israel yang dimulai kembali pada 18 Maret lalu, mengakhiri gencatan senjata dua bulan. Sebelumnya, pada 16 April, serangan udara di Gaza City telah menewaskan 10 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Sejak dimulainya kembali operasi militer tersebut, ratusan ribu warga Palestina telah mengungsi, meninggalkan rumah mereka untuk menghindari serangan.
Laporan PBB menyebutkan sekitar 500.000 warga Palestina telah mengungsi sejak berakhirnya gencatan senjata. Stephanie Tremblay, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, menyatakan keprihatinan atas jumlah pengungsi yang terus meningkat. Pemerintah Israel, melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz, bersikukuh bahwa operasi militer ini merupakan satu-satunya cara untuk memaksa Hamas membebaskan sandera yang ditahan di Gaza. Namun, serangan-serangan ini terus menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil. Konflik ini terus berlanjut, meninggalkan jejak duka dan penderitaan yang mendalam bagi penduduk Gaza.