Berita mengejutkan datang dari Yaman. Internationalmedia.co.id melaporkan, serangan udara Amerika Serikat (AS) di wilayah Saada, Yaman, telah menewaskan sedikitnya 30 migran. Insiden memilukan ini terjadi di sebuah pusat penahanan migran yang menjadi sasaran serangan tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Houthi, melalui Al-Masirah TV, menyatakan bahwa 30 jenazah telah berhasil dievakuasi dari reruntuhan pusat penahanan. Pernyataan tersebut juga menyebutkan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara yang brutal ini. Tim penyelamat dari pertahanan sipil dan Bulan Sabit Merah masih berupaya melakukan evakuasi dan pertolongan di lokasi kejadian.

Houthi, yang kerap berseteru dengan AS, mengatakan serangan ini merupakan kejahatan perang. Mereka menggambarkan diri sebagai pelindung Gaza dan secara aktif melancarkan serangan balasan terhadap Israel dan kapal-kapal di Laut Merah. Sejak Januari 2024, militer AS telah meningkatkan operasi militer terhadap Houthi untuk menghentikan serangan-serangan mereka.
Kekerasan yang dilakukan AS meningkat drastis sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat. Laporan menyebutkan serangan hampir terjadi setiap hari selama sebulan terakhir, menargetkan posisi-posisi Houthi di Yaman. Sepekan sebelum insiden pusat penahanan, serangan udara AS di pelabuhan Ras Issa, Hodeidah, dilaporkan menewaskan 80 orang. Bahkan, sehari sebelum serangan di pusat penahanan, serangan udara di Sanaa menewaskan dua orang dan melukai beberapa warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Tragedi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang dampak dari operasi militer AS di Yaman dan perlindungan warga sipil.