Presiden Ekuador, Daniel Noboa, dalam wawancara eksklusif dengan AFP di Paris, mengungkapkan langkah mengejutkan. Internationalmedia.co.id melaporkan, Noboa telah meminta bantuan intelijen dari Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk memberantas kartel narkoba yang menguasai negaranya. Langkah ini diambil di tengah peningkatan angka pembunuhan di Ekuador yang mencapai satu kasus per jam di awal tahun ini.
Noboa menjelaskan bahwa kedua negara tersebut telah menyetujui kerja sama intelijen untuk membantu melacak dan menangkap para penyelundup kokain. Ekuador, yang sebelumnya dikenal relatif damai, kini menjadi medan pertempuran kartel-kartel yang memperebutkan jalur penyelundupan kokain melalui pelabuhan-pelabuhannya.

Selama kampanye presiden, Noboa sempat mengusulkan pengerahan pasukan khusus AS dan pembukaan kembali pangkalan militer AS di Ekuador. Namun, dalam kunjungannya ke beberapa negara Eropa, termasuk Italia, Spanyol, Inggris, dan Prancis—negara-negara yang mengalami peningkatan konsumsi kokain—Noboa mengaku belum mendapat banyak dukungan untuk pendirian pangkalan militer asing di negaranya. Ia hanya mendapatkan komitmen kerja sama keamanan di pelabuhan dan perbatasan.
Menariknya, Noboa juga membenarkan kerja sama dengan Erik Prince, pendiri Blackwater, sebuah perusahaan keamanan swasta Amerika Serikat yang kontroversial. Namun, Noboa menegaskan bahwa Prince hanya berperan sebagai konsultan. Langkah-langkah yang diambil Noboa ini menunjukkan betapa seriusnya situasi keamanan di Ekuador dan upaya luar biasanya dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.