Internationalmedia.co.id memberitakan kepergian Paus Fransiskus pada Senin (21/4) pukul 07.35 waktu setempat di usia 88 tahun. Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, mengumumkan kabar duka tersebut melalui siaran televisi Vatikan. Kepergian Paus pertama dari Amerika Latin ini membuka babak baru bagi Gereja Katolik, memasuki masa Papal Interregnum—periode antara wafatnya Paus dan terpilihnya penggantinya. Para Kardinal di bawah usia 80 tahun akan berkumpul di Vatikan untuk memilih Paus selanjutnya, proses yang biasanya memakan waktu dua hingga tiga minggu.
Kepergian pemimpin umat Katolik dunia ini juga mengungkap wasiat terakhirnya yang mengejutkan. Berbeda dengan tradisi berabad-abad, Paus Fransiskus memilih pemakaman yang sederhana. Ia menolak praktik pemakaman tiga peti jenazah bertingkat yang terbuat dari kayu cemara, timah, dan ek. Sebaliknya, ia meminta peti jenazah sederhana dari kayu berlapis seng. Jenazahnya pun tak akan disemayamkan di atas panggung tinggi di Basilika Santo Petrus seperti para Paus sebelumnya, meskipun masyarakat tetap diperbolehkan memberikan penghormatan terakhir.

Lebih mengejutkan lagi, Paus Fransiskus menginginkan makam tanpa hiasan di halaman Basilika Santa Maria Maggiore, Roma. Ia meminta batu nisan bertuliskan satu kata saja: "Fransiskus". Keinginan ini tertuang dalam surat wasiat yang dirilis Vatikan. Keputusan ini menjadikan Paus Fransiskus sebagai Paus pertama dalam lebih dari seabad yang dimakamkan di luar Vatikan, meskipun beberapa Paus sebelumnya juga dimakamkan di Santa Maria Maggiore. Basilika ini dipilih karena memiliki makna pribadi bagi Paus Fransiskus, tempat ia sering berdoa. Biaya pemakamannya sendiri ditanggung oleh seorang dermawan yang namanya dirahasiakan. Kisah sederhana Paus Fransiskus, bahkan hingga akhir hayatnya, menjadi warisan abadi bagi dunia.