Internationalmedia.co.id – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menggelar latihan nuklir tahunan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia. Latihan ini dilakukan setelah serangkaian pelanggaran wilayah udara oleh Moskow di negara-negara Eropa.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengumumkan latihan yang akan berlangsung selama dua minggu dan dimulai pada Senin (13/10) mendatang. Rutte menekankan bahwa latihan ini adalah kegiatan rutin dan tidak terkait langsung dengan tindakan terbaru Kremlin.

"Kita perlu melakukan ini untuk memastikan bahwa penangkal nuklir kita tetap kredibel, aman, terjamin, dan seefektif mungkin," kata Rutte dalam pernyataan video. "Ini juga mengirimkan sinyal yang jelas kepada setiap musuh potensial bahwa kita akan dan dapat melindungi, serta membela semua sekutu dari semua ancaman," tegasnya.
Latihan ini akan melibatkan sekitar 70 pesawat dan 2.000 personel militer dari 13 negara anggota NATO. Pesawat dan personel militer akan diterbangkan dari pangkalan-pangkalan udara di Belanda, Belgia, Inggris, dan Denmark. Latihan akan digelar di wilayah Laut Utara.
Latihan ini juga digelar setelah serangkaian drone misterius mengganggu bandara-bandara dan terdeteksi di lokasi militer di wilayah udara beberapa negara NATO, termasuk Denmark. Kepala operasi nuklir NATO, Kolonel Daniel Bunch, menyatakan bahwa serangan drone yang lebih sering terjadi adalah sesuatu yang mereka waspadai.
Direktur kebijakan nuklir NATO, Jim Stokes, mengatakan bahwa sekutu-sekutu NATO belum melihat perubahan apa pun dalam postur nuklir Rusia. Namun, mereka akan terus memantau retorika nuklir Rusia dan penggunaan rudal berkemampuan ganda di Ukraina.

