Internationalmedia.co.id memberitakan, Vietnam resmi menghapus kebijakan pembatasan dua anak per keluarga. Keputusan ini diambil menyusul penurunan angka kelahiran yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kebijakan yang diterapkan sejak 1988 itu kini resmi berakhir, memberikan kebebasan penuh kepada pasangan untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan.
Dilansir dari kantor berita AFP, angka kelahiran di Vietnam terus merosot. Pada 2021, angka kesuburan total mencapai 2,11 anak per wanita, menurun menjadi 2,01 pada 2022 dan 1,96 pada 2023. Tahun lalu, angka tersebut bahkan hanya 1,91 anak per wanita, jauh di bawah angka penggantian. Penurunan ini paling terasa di daerah perkotaan, terutama di kota-kota besar seperti Hanoi dan Ho Chi Minh City, yang dipicu oleh tingginya biaya hidup.

Tran Minh Huong, seorang pekerja kantoran berusia 22 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa kebijakan pemerintah tak berpengaruh baginya karena ia tak berencana memiliki anak. Biaya pengasuhan anak yang tinggi menjadi alasan utamanya.
Wakil Menteri Kesehatan Nguyen Thi Lien Huong memperingatkan bahwa penurunan angka kelahiran menimbulkan tantangan besar bagi pembangunan ekonomi jangka panjang, termasuk penuaan penduduk dan kekurangan tenaga kerja. Ia menyerukan perubahan pola pikir masyarakat, beralih dari fokus pada keluarga berencana menuju perspektif pembangunan yang lebih luas.
Selain itu, Vietnam juga menghadapi masalah ketidakseimbangan jenis kelamin akibat preferensi terhadap anak laki-laki. Pemerintah berencana menaikkan denda untuk praktik pemilihan jenis kelamin janin menjadi US$3.800. Rasio jenis kelamin saat lahir saat ini masih menunjukkan 112 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan, meskipun sudah ada perbaikan.