Berita mengejutkan datang dari Yaman. Internationalmedia.co.id melaporkan, Amerika Serikat (AS) dan kelompok Houthi telah mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pengumuman ini menimbulkan gelombang keheranan, terutama di Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya mengaku terkejut dengan keputusan mendadak tersebut.
Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan bahwa kelompok Houthi, yang didukung Iran, telah setuju untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal kargo. Sebagai imbalannya, AS akan menghentikan pengeboman di wilayah Yaman. Trump mengklaim informasi ini berasal dari "sumber yang sangat, sangat bagus," dan menekankan bahwa Houthi menyatakan tak ingin lagi berperang.

Serangan Houthi sebelumnya telah mengganggu lalu lintas di Terusan Suez, jalur vital yang mengangkut sekitar 12% lalu lintas pengiriman dunia. AS sendiri telah melancarkan serangan terhadap Houthi sejak awal 2024, yang kemudian ditingkatkan intensitasnya pada Maret lalu. Pentagon melaporkan lebih dari 1.000 target telah dihantam dalam operasi yang diberi kode "Rough Rider".
Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi, menjelaskan bahwa gencatan senjata ini tercapai melalui mediasi, bertujuan untuk de-eskalasi konflik dan menjamin kebebasan navigasi di Laut Merah. Namun, pernyataan dari pihak Houthi terkesan ambigu. Meskipun seorang pemimpin politik Houthi, Mahdi al-Mashar, menjanjikan respons "menyakitkan" terhadap serangan Israel, juru bicara Houthi, Mohammed Abdelsalam, menegaskan bahwa gencatan senjata tersebut tidak berlaku untuk Israel dan mengancam akan melanjutkan serangan jika AS kembali menyerang. Al-Mashar bahkan menyatakan serangan terhadap Israel akan berlanjut dan melampaui batas kemampuan pertahanan Israel.
Kejutan ini semakin terasa bagi Israel. Para pejabat Israel, yang berbicara secara anonim, mengungkapkan rasa frustrasi dan keterkejutan mereka karena tidak diberitahu sebelumnya. Ini merupakan langkah kebijakan AS ketiga yang mengejutkan Netanyahu dalam beberapa bulan terakhir, setelah pengumuman pembicaraan langsung dengan Hamas mengenai sandera Amerika dan dimulainya kembali perundingan nuklir dengan Iran. Ironisnya, pengumuman perundingan nuklir dengan Iran disampaikan Trump saat Netanyahu berada di Ruang Oval Gedung Putih.
Seorang pejabat senior Houthi bahkan menyebut gencatan senjata AS-Houthi sebagai "kemenangan" yang memisahkan dukungan Amerika dari Israel, sekaligus menjadi kegagalan bagi Netanyahu. Sementara itu, peringatan Houthi agar warga Israel tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah semakin memperkuat kekhawatiran Tel Aviv.