Internationalmedia.co.id memberitakan rencana mengejutkan dari Amerika Serikat (AS) terkait distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, mengumumkan rencana pengiriman bantuan makanan tanpa melibatkan Israel secara langsung dalam proses distribusi. Pernyataan ini disampaikan Huckabee kepada wartawan di Yerusalem, sehari setelah Departemen Luar Negeri AS mengumumkan sebuah yayasan baru yang akan memimpin operasi bantuan tersebut.
Huckabee menegaskan, Israel akan tetap berperan dalam hal keamanan militer. Pasukan Israel akan bertugas mengamankan area di sekitar titik distribusi, menjaga agar proses penyaluran bantuan tidak terganggu oleh konflik yang sedang berlangsung. Namun, Israel tidak akan terlibat dalam pengangkutan maupun pendistribusian makanan itu sendiri. Tugas pengamanan di titik distribusi akan diserahkan kepada kontraktor swasta.

Langkah AS ini menuai kontroversi. Banyak pihak mempertanyakan keputusan AS yang mengesampingkan peran PBB dan organisasi bantuan kemanusiaan lainnya yang berpengalaman. Huckabee memang mengajak PBB, LSM, dan pemerintah lain untuk berpartisipasi, namun tanpa memberikan detail lebih lanjut tentang yayasan yang akan menjalankan program ini, termasuk jadwal pelaksanaannya.
Kritikan juga datang dari Hamas. Pejabat senior Hamas, Basem Naim, menilai rencana AS berpotensi memicu militerisasi bantuan kemanusiaan oleh Israel. Naim juga mencurigai rencana ini sebagai upaya AS untuk memperbaiki citra di kawasan tersebut menjelang kunjungan ke beberapa negara Teluk.
Situasi di Gaza sendiri semakin mencekam setelah blokade Israel selama lebih dari dua bulan menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, bahan bakar, dan obat-obatan. Blokade ini diberlakukan sejak 2 Maret lalu, dan serangan militer Israel yang kembali dilancarkan pada 18 Maret semakin memperburuk krisis kemanusiaan. Rencana AS ini pun menjadi sorotan dunia, di tengah pertanyaan besar tentang efektivitas dan netralitas bantuan tersebut.