Internationalmedia.co.id melaporkan peningkatan tensi di Semenanjung Korea menyusul latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan (Korsel) yang melibatkan pesawat pengebom B-1B. Korea Utara (Korut) langsung merespon keras, menyebutnya sebagai ancaman terbuka terhadap keamanan negara.
Pernyataan keras ini dilontarkan oleh Kementerian Pertahanan Korut melalui kantor berita resmi KCNA. Mereka mengecam pengerahan pesawat pengebom B-1B, yang menurut mereka merupakan "gertakan sembrono" dan bagian dari praktik militer rutin AS yang dinilai provokatif. Latihan gabungan pada Selasa (15/4) juga melibatkan jet tempur F-16 dari AS dan Korsel, serta jet tempur siluman F-35 milik Seoul.

Namun, pihak Korsel melalui juru bicara Kementerian Pertahanan, Jeon Ha Kyu, membantah tudingan Korut. Ia menegaskan latihan tersebut bersifat defensif dan bertujuan memperkuat kemampuan operasional serta menunjukkan kemampuan pencegahan terhadap program nuklir Korut. Latihan gabungan ini, yang sudah berlangsung beberapa tahun, selalu dianggap Korut sebagai latihan perang yang diarahkan kepada mereka.
Ketegangan semakin meningkat setelah adik pemimpin Korut, Kim Yo Jong, beberapa hari sebelumnya bersumpah untuk melawan upaya AS dalam menghancurkan program nuklir mereka. Pengerahan pesawat pengebom B-1B juga bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun pendiri Korut, Kim Il Sung.
Tidak berhenti sampai di situ, AS dan Korsel akan memulai latihan gabungan "Freedom Flag" selama dua pekan, mulai Kamis (17/4), yang akan melibatkan jet tempur siluman generasi kelima. Langkah ini semakin memperkuat dugaan Korut tentang upaya AS dan Korsel untuk meningkatkan tekanan militer. Situasi di Semenanjung Korea pun semakin memanas dan berpotensi memicu konflik lebih besar. Apakah ini awal dari sebuah perang?