Internationalmedia.co.id Dua pesawat pengebom B-1B milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) kembali terlihat terbang di atas Laut Karibia, dekat wilayah perairan Venezuela, pada Senin (27/10) lalu. Aksi ini menjadi unjuk kekuatan yang ketiga kalinya dilakukan oleh militer AS di kawasan tersebut dalam beberapa minggu terakhir.
Penerbangan pesawat pengebom supersonik jarak jauh ini terjadi di tengah peningkatan operasi militer AS yang menyasar para terduga pengedar narkoba di wilayah Karibia. Pengerahan pasukan ini memicu kekhawatiran di Caracas bahwa tujuan akhir Washington adalah perubahan rezim di negara tersebut.
Data dari situs pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan bahwa kedua pesawat pengebom B-1B tersebut terbang sejajar dengan garis pantai Venezuela sebelum kemudian menghilang dari radar. Diketahui, kedua pesawat itu lepas landas dari sebuah pangkalan militer di North Dakota, AS.
Sebelumnya, setidaknya satu pesawat pengebom B-1B juga melakukan penerbangan serupa di dekat Venezuela pada pekan lalu. Bahkan, beberapa pesawat pengebom B-52 juga sempat terlihat di wilayah tersebut pada awal bulan ini.
Selain itu, Washington juga mengerahkan kelompok tempur kapal induk AS, USS Gerald R Ford, ke wilayah Amerika Latin. Sebelumnya, mereka juga telah mengirimkan 10 jet tempur siluman F-35 ke Puerto Rico. Saat ini, tujuh kapal Angkatan Laut AS ditempatkan di Karibia sebagai bagian dari upaya yang disebut sebagai penanggulangan narkotika.
Sejak awal September, pasukan AS telah melancarkan serangan terhadap setidaknya 10 kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba, yang terdiri dari sembilan kapal biasa dan satu kapal semi-submersible. Menurut data yang dihimpun internationalmedia.co.id, sedikitnya 43 orang tewas dalam serangan-serangan tersebut.
Namun, hingga saat ini, Washington belum merilis bukti yang menunjukkan bahwa kapal-kapal yang menjadi target serangan tersebut benar-benar digunakan untuk menyelundupkan narkoba.
Ketegangan regional semakin meningkat akibat kampanye militer AS dan pengerahan aset militer yang menyertainya. Venezuela menuduh AS berkomplot untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro, yang menuduh Washington "merekayasa perang".