Pengumuman mengejutkan datang dari mantan Presiden AS Donald Trump. Internationalmedia.co.id melaporkan, Trump menyatakan akan mencabut semua sanksi terhadap Suriah, sebuah keputusan yang langsung memicu kontroversi. Keputusan ini bertolak belakang dengan permintaan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya meminta Trump untuk mempertahankan sanksi tersebut.
Menurut laporan media Israel yang dikutip oleh Anadolu Agency, Netanyahu, dalam kunjungannya ke Washington bulan lalu, secara langsung meminta Trump untuk tidak mencabut sanksi. Kekhawatiran akan serangan lintas perbatasan dari Suriah menjadi alasan utama permintaan tersebut. Seorang pejabat Israel yang tak mau disebutkan namanya mengkonfirmasi hal ini kepada The Times of Israel.
Namun, Trump tampaknya mengabaikan permintaan tersebut. Dalam Forum Investasi Saudi-AS 2025 di Riyadh, Trump secara terang-terangan mengumumkan pencabutan sanksi yang disebutnya "brutal dan melumpuhkan". Lebih mengejutkan lagi, Trump bahkan menyebut AS sedang menjajaki normalisasi hubungan dengan pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa. Pertemuan bersejarah antara Trump, Al-Sharaa, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (secara virtual) semakin memperkuat sinyal perubahan kebijakan AS ini.
Keputusan ini menandai perubahan drastis kebijakan AS terhadap Suriah. Langkah ini juga menjadi contoh terbaru dari sikap Trump yang kerap menantang kebijakan Israel terkait negara-negara Arab. Terlebih, setelah jatuhnya rezim Assad, Israel telah memperluas pendudukan di Dataran Tinggi Golan, sebuah tindakan yang melanggar perjanjian 1974 dengan Damaskus. Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari kantor Netanyahu menanggapi keputusan kontroversial Trump tersebut.
