Internationalmedia.co.id melaporkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengonfirmasi serangan militer negaranya terhadap target di dekat istana kepresidenan di Damaskus, Suriah. Serangan ini, menurut Netanyahu, dilakukan untuk melindungi komunitas Druze di Suriah yang tengah terancam. Pernyataan mengejutkan ini disampaikan Netanyahu Jumat pagi waktu setempat, menandai serangan kedua Israel di wilayah Suriah dalam beberapa hari terakhir.
Netanyahu menegaskan komitmen Israel untuk melindungi kelompok minoritas Druze yang terlibat dalam kekerasan sektarian dengan kelompok Sunni awal pekan ini. Komunitas Druze, yang menganut agama cabang Islam, tersebar di Suriah, Lebanon, dan Israel. Serangan ini, menurut pengamat, mencerminkan ketidakpercayaan mendalam Israel terhadap kelompok Islamis Sunni yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada Desember lalu.

Situasi ini semakin mempersulit upaya Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, untuk membangun kendali di negara yang tengah bergejolak. "Israel telah menyerang tadi malam di dekat istana kepresidenan di Damaskus," tegas Netanyahu dalam pernyataan bersama Menteri Pertahanan Israel, Katz. "Ini pesan jelas kepada rezim Suriah: Kami tak akan membiarkan pasukan (Suriah) dikerahkan ke selatan Damaskus atau mengancam komunitas Druze," lanjutnya.
Militer Israel menyatakan menyerang "area dekat Istana Ahmed Hussein al-Sharaa di Damaskus," tanpa menjelaskan detail target. Pihak pemerintah Suriah sendiri belum memberikan komentar resmi. Al-Sharaa, yang pernah menjadi komandan Al-Qaeda sebelum memutuskan hubungan pada 2016, berulang kali berjanji memerintah Suriah secara inklusif. Namun, rentetan kekerasan sektarian, termasuk pembunuhan ratusan warga Alawi Maret lalu, meningkatkan kekhawatiran kelompok minoritas.
Ketegangan bermula Selasa lalu, ketika bentrokan antara kelompok bersenjata Druze dan Sunni terjadi di Jaramana, yang mayoritas penduduknya Druze. Bentrokan dipicu rekaman suara yang diduga menghina Nabi Muhammad SAW, yang diklaim dibuat oleh seorang Druze. Lebih dari sepuluh orang tewas sebelum kekerasan meluas ke Sahnaya, pinggiran Damaskus, Rabu lalu. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang stabilitas politik Suriah dan implikasi regionalnya.