Internationalmedia.co.id melaporkan kecaman keras Presiden Lebanon, Joseph Aoun, terhadap serangan udara Israel yang terjadi di pinggiran selatan Beirut tepat menjelang Idul Adha. Serangan yang menargetkan Hizbullah ini justru dibalas dengan ancaman dari pihak Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa serangan akan terus berlanjut hingga kelompok Hizbullah, yang didukung Iran, dilucuti senjatanya. Pernyataan tegas ini disampaikan sebagai respons atas kecaman Aoun. "Tidak akan ada kedamaian di Beirut, tanpa keamanan bagi Israel," tegas Katz, seperti dikutip internationalmedia.co.id dari AFP. Ia menekankan bahwa kesepakatan harus dihormati, dan jika tidak, Israel akan bertindak dengan kekuatan besar.

Serangan Kamis malam itu menghantam sebuah gedung yang menurut Israel digunakan Hizbullah untuk memproduksi pesawat nirawak. Aoun menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata November lalu, dan sebuah tindakan yang memperlihatkan penolakan Israel terhadap perdamaian. Sebelum gencatan senjata, Israel dan Hizbullah terlibat konflik berkepanjangan yang berujung pada perang besar selama dua bulan. Gencatan senjata yang ditengahi AS dan Prancis mensyaratkan Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah.
Situasi ini semakin mencekam mengingat serangan tersebut terjadi menjelang Idul Adha. Ribuan warga mengungsi setelah peringatan dari militer Israel, menciptakan kemacetan parah. Kantor Koordinator PBB untuk Lebanon bahkan menyebut serangan tersebut menimbulkan kepanikan dan ketakutan di tengah perayaan hari raya umat Islam. Foto-foto reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara tersebut telah beredar luas. Akankah eskalasi konflik ini terus berlanjut? Pertanyaan ini masih menjadi teka-teki.