Internationalmedia.co.id melaporkan, Iran memamerkan rudal balistik terbarunya yang diberi nama Ghassem Basir. Rudal berbahan bakar padat ini diklaim memiliki jangkauan hingga 1.200 kilometer. Pamer kekuatan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara Barat. Tayangan televisi pemerintah Iran, Minggu (4/5), menampilkan rudal tersebut, memicu spekulasi dan kekhawatiran internasional.
Klaim jangkauan 1.200 kilometer tersebut disampaikan langsung oleh televisi pemerintah. Hal ini tentu saja meningkatkan kekhawatiran negara-negara Barat, yang selama ini telah menyoroti kemampuan rudal Iran dan pengaruhnya terhadap stabilitas kawasan Timur Tengah. Iran sendiri diketahui mendukung jaringan yang disebut "Poros Perlawanan", yang berseberangan dengan Amerika Serikat dan Israel. Jaringan ini mencakup berbagai kelompok, termasuk Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan milisi Syiah di Irak.

Ketegangan antara Iran dan Israel mencapai puncaknya pada Oktober tahun lalu, dengan serangan balasan langsung yang dilakukan kedua negara. Serangan Tel Aviv menyasar lokasi militer Iran sebagai respons atas serangan rudal Teheran. Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, dalam wawancara di televisi pemerintah, menegaskan kesiapan Iran untuk membalas serangan dengan menargetkan kepentingan dan pangkalan musuh. Ia menekankan bahwa Iran tidak berniat bermusuhan dengan negara tetangga, namun pangkalan Amerika Serikat menjadi target utama.
Pamer kekuatan ini terjadi setelah tiga putaran perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang dimediasi Oman. Perundingan tersebut merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama sejak Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Iran secara konsisten membantah upaya untuk memperoleh senjata nuklir, mengklaim program nuklirnya untuk tujuan damai dan sipil. Teheran juga menolak pembahasan mengenai kemampuan militer dan pertahanan, termasuk program rudal balistiknya. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pernah mengancam akan menyerang Iran jika diplomasi gagal dan telah menjatuhkan sanksi tambahan pada sektor minyak Iran. Pertanyaan besar kini muncul: apakah rudal ini ancaman nyata, atau hanya demonstrasi kekuatan semata?