Internationalmedia.co.id melaporkan rencana kontroversial Israel untuk membangun negara Yahudi di Tepi Barat. Pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang disampaikan Jumat lalu, menimbulkan gelombang ketegangan baru di kawasan tersebut. Pengumuman ini muncul sehari setelah pemerintah Israel mengumumkan pembangunan 22 permukiman baru di wilayah Palestina yang diduduki.
Langkah Israel ini langsung menuai kecaman internasional. Permukiman Israel di Tepi Barat selama ini dianggap sebagai penghalang utama perdamaian dan dinyatakan ilegal berdasarkan hukum internasional oleh PBB. Katz, dalam pernyataannya dari pos terdepan permukiman Sa-Nur di Tepi Barat utara, mengatakan bahwa pembangunan negara Yahudi di Tepi Barat merupakan "tanggapan tegas terhadap organisasi teroris". Ia juga secara terang-terangan menantang Presiden Prancis Emmanuel Macron dan negara-negara lain yang berencana mengakui negara Palestina, dengan menyatakan bahwa rencana tersebut hanya akan berakhir di "tong sampah sejarah".
Pernyataan Katz ini muncul di tengah persiapan konferensi internasional di markas besar PBB di New York pada Juni mendatang. Konferensi tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali gagasan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, dan diharapkan akan mendorong lebih banyak negara untuk mengakui negara Palestina. Ironisnya, sementara Prancis bersiap mengakui negara Palestina, Israel justru semakin memperkuat cengkeramannya di Tepi Barat, wilayah yang didudukinya sejak 1967. Bahkan, penduduk Sa-Nur, yang dievakuasi pada tahun 2005 sebagai bagian dari penarikan Israel dari Gaza, kini kembali menjadi saksi bisu ambisi Israel yang kontroversial ini. Konflik ini semakin memanas dan menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan perdamaian di kawasan tersebut.
