Internationalmedia.co.id melaporkan pelantikan Lee Jae Myung sebagai Presiden Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (4/6). Pelantikan yang terkesan sederhana ini menandai awal kepemimpinan lima tahunnya tanpa masa transisi, menyusul kemenangannya dalam pemilihan presiden 3 Juni lalu. Dalam pidato pelantikannya, Lee menekankan komitmennya untuk melayani seluruh rakyat Korsel, terlepas dari pilihan politik mereka.
Namun, yang menarik perhatian adalah pernyataan Lee terkait hubungan dengan Korea Utara (Korut). Di tengah ketegangan yang meningkat, Lee menyatakan niatnya untuk membuka jalur komunikasi dan berupaya melakukan dialog serta kerja sama dengan Korut demi perdamaian abadi di Semenanjung Korea. Pernyataan ini cukup mengejutkan mengingat situasi geopolitik yang sensitif. Lee bahkan menyatakan, "Lebih baik menang tanpa berperang, daripada menang dalam peperangan, dan perdamaian tanpa perlu berperang adalah keamanan terbaik." Sikapnya yang pragmatis ini menunjukkan pendekatan berbeda dalam menangani hubungan antar Korea.

Selain fokus pada perdamaian di Semenanjung Korea, Lee juga menegaskan komitmennya untuk merevitalisasi ekonomi Korsel dan mengejar diplomasi yang berorientasi pada kepentingan nasional. Ia berencana memperkuat kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang, namun dengan pendekatan yang lebih seimbang. Pelantikan resmi Lee akan digelar pada 17 Juli mendatang bertepatan dengan Hari Konstitusi Korsel. Acara pelantikan kali ini terbilang minimalis, hanya dihadiri oleh pejabat pemerintahan dan anggota parlemen Korsel, tanpa kehadiran delegasi asing. Langkah-langkah Lee ini akan menjadi sorotan dunia, khususnya bagaimana ia akan menyeimbangkan upaya perdamaian dengan keamanan nasional.