Pernyataan mengejutkan datang dari Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. Melalui akun media sosial X, Araghchi secara tegas menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berupaya menyeret Amerika Serikat (AS) ke dalam "bencana" di Timur Tengah. Hal ini disampaikan Internationalmedia.co.id mengutip laporan AFP dan Al Arabiya.
Araghchi tak hanya melayangkan tudingan, ia juga melontarkan peringatan keras kepada Tel Aviv agar tak melakukan kesalahan apa pun terhadap Iran. Menurutnya, Netanyahu telah mencampuri urusan pemerintahan AS dan memaksanya terlibat dalam konflik di kawasan tersebut. Lebih jauh, ia menuding Netanyahu berupaya mendikte kebijakan Presiden Donald Trump terkait diplomasi dengan Iran.
Kritikan pedas Araghchi juga menyasar dukungan AS terhadap Israel dalam konflik Gaza dan serangan balasan AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Ia menilai dukungan tersebut justru merugikan rakyat Amerika dan tak menghasilkan apa pun. Pernyataan ini muncul setelah penundaan putaran terakhir perundingan nuklir Iran-AS yang dijadwalkan 3 Mei lalu karena alasan logistik.
Perundingan tersebut merupakan kontak tingkat tinggi pertama antara kedua negara sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2018. Netanyahu sendiri secara konsisten menyerukan pembongkaran program nuklir Iran, sementara Trump menyatakan hanya akan menerima pembongkaran total, meski memberi sinyal terbuka untuk membahas penggunaan program nuklir Iran untuk tujuan sipil.
Iran, melalui Araghchi, kembali menegaskan bahwa program nuklirnya murni untuk tujuan sipil dan menolak tuduhan pengembangan senjata nuklir. Ia menekankan bahwa jika tujuannya adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir, maka solusi diplomasi yang saling menghormati dan mengedepankan kepentingan bersama adalah satu-satunya jalan.
