Saturday, 27 April 2024

Search

Saturday, 27 April 2024

Search

Intiland dan Saltware Jalin Kolaborasi Kembangkan Pertanian Cerdas

DUKUNG PERTANIAN MODERN: Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko (tengah) menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama Pengembangan Smart Farming antara PT Intiland Development Tbk dengan perusahaan asal Korea Selatan Saltware Co. Ltd di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (5/1). Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama ini dilakukan oleh Pendiri dan Direktur Utama PT Intiland Development Tbk Hendro S. Gondokusumo (kanan) dan Chairman, Pendiri dan Chief Executive Officer Saltware Co. Ltd Lee Jeong Kun (kiri). (Foto: ist)

JAKARTA – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (Intiland; DILD) turut mendukung pertumbuhan industri pertanian nasional sebagaimana upaya Pemerintah dalam mendorong sektor tersebut. Dukungan ini diwujudkan melalui kerja sama Intiland dengan Saltware Co. Ltd. (Saltware) dalam implementasi teknologi pertanian cerdas (smart farming) di sejumlah lahan produktif milik Intiland.

Kerja sama ini secara simbolis diabadikan dalam prosesi penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding antara Intiland dan Saltware di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (5/1) lalu disaksikan Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko.

Pendiri dan Direktur Utama PT Intiland Development Tbk Hendro S. Gondokusumo meyakini sektor pertanian bukan hanya menjadi tulang punggung pangan negara, tetapi juga memegang peranan signifikan dalam perekonomian. Oleh karena itu, Hendro menyebut kontribusi Intiland sebagai pengembang properti dalam mendukung sektor agraria adalah dengan menyediakan lahan yang optimal untuk produktivitas pertanian.

“Dengan mengintegrasikan pengembangan lahan dengan pertanian, Intiland tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga mendukung penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi lokal, dan kemandirian pangan negara. Pelaku industri pertanian dapat memanfaatkan lahan yang ada dengan cara-cara berkelanjutan, termasuk penggunaan teknologi modern untuk memaksimalkan hasil pertanian,” kata Hendro S. Gondokusumo usai acara penandatanganan nota kesepahaman kerjasama.

Hendro mengatakan kolaborasi pengembangan smart farming dengan Saltware ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan usaha Intiland. Melalui kerja sama ini Perseroan dapat meningkatkan nilai aset dari lahan maupun bangunan yang dimiliki Perusahaan.  Ekspansi ini juga menjadi wujud kontribusi Intiland dalam mendukung program Pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Bisnis utama Intiland tetap di sektor properti. Kerja sama ini lebih sebagai bentuk komitmen dan kontribusi kami untuk memperkuat ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi sekaligus untuk meningkatkan nilai aset dari lahan dan bangunan yang kami miliki selama ini,” ungkap Hendro.

Dr. Lee Jeong Kun, selaku Chairman, Pendiri dan Chief Executive Officer Saltware menyebutkan, budidaya tanaman bernilai tinggi seperti stroberi di Indonesia dapat menggunakan smart farming yang dikombinasikan dengan teknologi IT Korea.

“Jika budidaya percobaan berhasil, kami berencana untuk memperkenalkan model smart farming stroberi standar ke seluruh wilayah Indonesia, sehingga banyak orang Indonesia bisa menikmati stroberi Korea yang lezat,” kata Lee Jeong Kun.

Saltware adalah perusahaan publik asal Korea Selatan yang bergerak di bidang teknologi dengan portofolio meliputi cloud service, infrastructure service, enterprise portal, dan digital farming. Saltware selama ini berperan dalam penciptaan solusi-solusi canggih untuk pertanian dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) yang terintegrasi.

Kedua perusahaan berencana mengembangkan ujicoba smart farming di Indonesia guna mengidentifikasi masalah potensial dalam budidaya bahan pangan dan mempromosikan percobaan budidaya tersebut. Budidaya meliputi produksi bibit stroberi bebas virus di pabrik tanaman dengan teknologi kontrol otomatis di bawah lampu LED buatan, termasuk pembangunan rumah kaca untuk percobaan budidaya stroberi di Indonesia.

MOU antara Intiland dan Saltware adalah bagian dari proyek yang bertujuan untuk mempromosikan pertukaran teknologi pertanian antara Korea dan Indonesia. Tidak hanya stroberi, kerjasama  swasembada bahan pangan di Indonesia dengan Saltware juga akan dilakukan untuk tanaman padi dan jagung. Untuk mencapai tujuan ini, Intiland dan Saltware telah setuju untuk menjalankan proyek budidaya secara bertahap, serta diferensiasi proyek tanaman jangka pendek dan jangka panjang.

Kolaborasi pengembangan smart farming antara Intiland dan Saltware ini rencananya dijalankan secara bertahap. Sebagai proyek percontohan awal, kedua Perusahaan akan melakukan ujicoba pengembangan smart farming untuk budidaya buah stroberi di proyek-proyek yang dikembangkan Intiland.

Intiland dan Saltware akan membentuk kerja sama operasi atau joint operation guna merumuskan rencana penerapan smart farming, metode budidaya buah stroberi dan bahan pangan lainnya, serta rencana strategis selanjutnya. Kolaborasi ini merupakan langkah progresif dalam mendukung transformasi sektor pertanian di Indonesia lewat pendayagunaan teknologi sebagai kunci utama dalam mencapai ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Berdasarkan hasil kajian sejumlah Lembaga, diketahui bahwa masalah produktivitas lahan pertanian telah menjadi fokus utama di Indonesia. Dampaknya yang signifikan terhadap meningkatnya pemenuhan kebutuhan pangan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dinilai menjadi tantangan serius.

Alih fungsi lahan dari pertanian ke properti atau industri sedikit banyak membawa pengaruh terhadap ketersediaan pangan secara lokal maupun nasional. Peran pendayagunaan teknologi informasi menjadi krusial dalam upaya mendorong inovasi di sektor pertanian.

“Seperti yang disampaikan Pemerintah, transformasi pertanian menjadi solusi kunci dalam mengatasi tantangan regenerasi petani, yang saat ini menjadi ancaman bagi sektor agrikultur. Mempertimbangkan kondisi ini, kami mendukung langkah Pemerintah yang mengajak para generasi muda untuk turut terlibat dalam proses transformasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi modern sebagai fondasi baru dalam pertanian,” kata Hendro.

Pemanfaatan teknologi digital, terutama dalam produksi dan perakitan varietas baru, telah berkembang pesat sebagai upaya mengatasi perubahan iklim yang dapat mengurangi produktivitas lahan. Kebutuhan akan pendekatan modern seperti smart farming semakin mendesak dalam mengubah pola pemanfaatan lahan pertanian. Perubahan paradigma dari bertani secara konvensional menuju pendekatan teknologi seperti IoT dan AI dipercaya dapat menjadi kunci dalam masa depan pertanian nasional.***

Vitus DP

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media