Internationalmedia.co.id melaporkan bentrokan antara polisi dan pendukung mantan Presiden Evo Morales di Bolivia telah menyebabkan sedikitnya 10 polisi terluka. Insiden ini terjadi di tengah tuntutan agar Morales diizinkan maju sebagai calon presiden untuk periode keempat dalam pemilu Agustus mendatang.
Bentrokan yang terjadi di wilayah tengah Bolivia, Senin (2/6), melibatkan massa yang memblokir jalan raya sebagai bentuk protes atas diskualifikasi Morales. Wakil Menteri Keamanan Warga, Carola Arraya, mengungkapkan enam polisi terluka akibat ledakan dinamit di Desa Bombeo, basis utama Morales di Cochabamba.

Omar Ramirez, pemimpin gerakan Evo Pueblo, mengakui adanya korban luka di pihak pendukung Morales, namun tidak merinci jumlahnya. Gerakan ini didirikan Morales setelah ia keluar dari partai berkuasa awal tahun ini. Ramirez menyebut krisis ekonomi yang melanda Bolivia sebagai pemicu utama protes, mengesampingkan pertikaian pemilu.
Kekurangan dolar dan bahan bakar telah membuat harga kebutuhan pokok melambung, memicu demonstrasi berulang kali dalam beberapa bulan terakhir. Sopir bus dan pedagang juga berencana melakukan aksi protes pekan ini.
Presiden Luis Arce, melalui media sosial X, menyebut motif sebenarnya protes adalah upaya Morales untuk kembali ke politik, yang dianggapnya inkonstitusional. Arce menuduh Morales berencana untuk memblokir kota-kota dan menghalangi distribusi makanan, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.
Morales, yang menjabat tiga periode sebagai presiden (2006-2019), dipaksa mundur setelah pemilu yang diwarnai tuduhan kecurangan. Meskipun dilarang oleh Mahkamah Konstitusi untuk mencalonkan diri lagi dan menghadapi dakwaan perdagangan manusia, Morales tetap berupaya maju sebagai capres. Situasi di Bolivia memanas, dengan masa depan politik Morales masih menjadi pertanyaan besar.