Serangan rudal dan drone Rusia yang menewaskan empat warga sipil di Ukraina memicu ketegangan baru. Internationalmedia.co.id melaporkan, Rusia menuduh Ukraina menunda pertukaran tahanan yang telah disepakati, namun Kyiv membantah keras tudingan tersebut. Insiden memilukan di Kharkiv, yang menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya, disebut Presiden Volodymyr Zelenskyy sebagai "pembunuhan brutal". Satu warga sipil lainnya tewas dalam serangan terpisah di kota yang sama.
Sementara itu, Moskow melaporkan serangan drone Ukraina di wilayahnya yang mengakibatkan dua orang terluka. Pernyataan ini muncul setelah kesepakatan pertukaran tahanan dan pemulangan jenazah 12.000 tentara yang tewas dalam perundingan damai di Istanbul awal Juni. Ajudan Kremlin, Vladimir Medinsky, mengatakan Kyiv secara tiba-tiba menunda proses tersebut.

Namun, Andriy Kovalenko dari Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina tegas membantahnya. Ia melalui Telegram menuduh Moskow "bermain curang" dan meminta mereka kembali ke jalur negosiasi yang konstruktif. Kovalenko menyatakan pernyataan Rusia tak sesuai dengan fakta dan kesepakatan sebelumnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim serangan balasan mereka menggunakan senjata presisi tinggi dan drone berhasil mengenai semua target militer di Ukraina. Kharkiv, kota besar di timur laut Ukraina yang berdekatan dengan perbatasan Rusia, terus menjadi sasaran serangan sejak invasi Rusia lebih dari tiga tahun lalu. Konflik ini terus menimbulkan korban jiwa dan ketegangan politik yang tinggi di kawasan tersebut.