Internationalmedia.co.id melaporkan, Korea Utara (Korut) mengecam keras serangan Israel ke Iran yang memicu konflik besar. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa agar tak ikut campur dan memperparah situasi. Pernyataan keras ini disampaikan menyusul serangan Israel pada Jumat (13/6) lalu yang disebut-sebut menargetkan program nuklir Iran.
Serangan tersebut, menurut keterangan Korut yang dilansir internationalmedia.co.id, telah memicu enam hari serangan balasan yang saling bertukar rudal. Iran sendiri mengklaim serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 224 orang, termasuk komandan militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. Sementara itu, Israel melaporkan sedikitnya 24 warga negaranya tewas dan ratusan lainnya terluka.

Korut menyebut tindakan Israel sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak termaafkan" dan "terorisme negara" yang berpotensi memicu perang besar di Timur Tengah. Mereka juga menyatakan "kekhawatiran serius" atas eskalasi konflik tersebut. Pernyataan resmi dari Korut, yang diterbitkan oleh kantor berita KCNA, menekankan bahwa AS dan negara-negara Barat telah mendukung dan melindungi Israel, sehingga dianggap sebagai penyebab utama ketidakstabilan global.
Hubungan Korut dengan Rusia yang semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi sorotan. Korut diketahui mendukung operasi militer Rusia di Ukraina. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, yang sempat menyatakan kesabarannya terhadap Iran telah habis, mengungkapkan belum memutuskan untuk bergabung dengan Israel dalam aksi militer lebih lanjut. Namun, pernyataan Trump ini tetap memicu spekulasi.
Pyongyang pun memperingatkan Trump dan pihak lain untuk tidak ikut campur. Korut menilai keterlibatan AS dan negara-negara Eropa hanya akan memperburuk keadaan dan mendorong situasi ke titik yang tak terkendali. Mereka mendesak masyarakat internasional untuk mengawasi ketat tindakan AS dan Barat, mengingat Iran sebagai korban yang tengah membela diri. Pernyataan Korut ini menunjukkan ketegangan geopolitik yang semakin meningkat di kawasan Timur Tengah.
