Ketua Dewan Federasi Rusia, Valentina Matvienko, mengungkapkan bahwa negara tersebut memiliki berbagai sarana, termasuk “senjata super”, untuk merespons secara tegas terhadap segala bentuk agresi yang mengancamnya.
Dalam sebuah pertemuan Senat pada hari Rabu, Matvienko memberikan komentar mengenai pidato Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada bangsa, serta penggunaan rudal balistik hipersonik Oreshnik yang baru diluncurkan untuk menyerang fasilitas militer di Ukraina pada minggu lalu.
Presiden Putin mengingatkan bahwa Moskow memiliki hak untuk menyerang negara-negara yang terlibat atau mendukung Kiev dalam menggunakan senjata yang diberikan kepada Ukraina untuk melawan Rusia. Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan rudal Oreshnik adalah respons terhadap “tindakan agresif dari negara-negara anggota NATO” yang mendukung Ukraina.
Matvienko menggambarkan langkah tersebut sebagai “tindakan geopolitik modern yang signifikan” dan “sinyal kuat” yang telah diterima oleh “semua pihak yang dimaksud.” Namun, ia menegaskan bahwa penggunaan rudal Oreshnik “bukanlah ultimatum atau ancaman,” seperti yang sering digambarkan oleh media Barat.
“Ini adalah respons kami terhadap eskalasi yang terus berlanjut oleh Barat dan langkah-langkah yang menyebabkan serangan terhadap fasilitas Rusia dengan menggunakan senjata jarak jauh. Kami memperingatkan bahwa ini tidak dapat diterima,” kata Matvienko.
Dia menambahkan bahwa penggunaan rudal tersebut juga merupakan “demonstrasi bahwa kami siap menghadapi setiap perkembangan peristiwa dan kami memiliki sarana, termasuk senjata super, untuk memberikan respons yang nyata dan tak terelakkan.”
Matvienko tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jenis “senjata super” yang ia maksudkan dalam pernyataannya.
“Seperti yang dikatakan presiden, akan selalu ada respons,” kata Matvienko.
Matvienko juga menekankan bahwa pidato Presiden Putin, bersamaan dengan peluncuran rudal Oreshnik, memiliki “potensi besar untuk mendorong pihak-pihak yang mendukung penyelesaian damai konflik [Ukraina].” Ia menambahkan bahwa pendekatan tersebut harus didasarkan pada penghormatan mutlak terhadap kepentingan Rusia, termasuk keamanan dan kedaulatannya.
Matvienko mengungkapkan harapannya agar para pemimpin Barat mampu mengambil pelajaran dari situasi terkini. Ia menekankan pentingnya kesadaran bahwa upaya mereka untuk menghambat kemajuan Rusia dan menciptakan kekalahan geopolitik telah gagal. Matvienko juga menyerukan agar pihak-pihak tersebut bersedia duduk bersama di meja perundingan untuk mendiskusikan berbagai isu yang ada.
Ia memperingatkan bahwa kegagalan untuk mengambil langkah tersebut hanya akan mengarah pada kebuntuan yang semakin memperburuk situasi.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan bahwa konflik di Ukraina masih “jauh dari penyelesaian melalui jalur politik dan diplomatik,” mengingat dinamika yang terjadi di medan perang saat ini.
Lavrov menyatakan bahwa negara-negara Barat masih “terobsesi” dengan ambisi untuk mengalahkan Rusia secara strategis. Ia juga memperingatkan bahwa Moskow akan memberikan respons terhadap serangan terbaru Kiev di wilayah Rusia, yang diakui secara internasional, terutama jika serangan itu dilakukan menggunakan rudal jarak jauh yang disuplai oleh Barat.