Penggerebekan besar-besaran dilakukan kepolisian Prancis pada Senin (28/4) waktu setempat. Internationalmedia.co.id melaporkan, operasi ini menyusul serangkaian serangan terhadap beberapa penjara di Prancis yang telah membuat staf penjara ketakutan dan mengguncang pemerintah. Sebanyak 20 orang telah ditangkap dalam operasi tersebut.
Sumber yang memahami penyelidikan, seperti dikutip dari AFP, mengungkapkan penggerebekan dan penangkapan terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Paris, Marseille, Lyon, dan Bordeaux. Operasi, menurut sumber tersebut, masih berlangsung.

Presiden Emmanuel Macron sebelumnya telah berjanji akan menindak tegas para pelaku. Ia menegaskan para pelaku serangan akan "ditemukan, diadili, dan dihukum". Pernyataan tegas ini dikeluarkan menyusul serangkaian insiden di sekitar penjara-penjara Prancis, termasuk insiden yang melibatkan senjata api otomatis.
Menteri Kehakiman Gerald Darmanin menyampaikan terima kasih kepada aparat penegak hukum atas penangkapan para tersangka. Melalui media sosial X, Darmanin menyatakan apresiasinya atas kerja keras para penegak hukum dalam mengungkap kasus ini. Senada, Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleu juga memuji profesionalisme para penyidik yang mampu mencapai hasil signifikan dalam waktu singkat.
Sementara itu, sebuah kelompok yang menamakan diri DDPF, yang mengaku membela hak-hak tahanan, muncul dan mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. DDPF menyebarkan video dan ancaman melalui aplikasi pesan terenkripsi Telegram. Namun, pihak kepolisian Prancis menyatakan bahwa meskipun beberapa kejadian menunjukkan ciri-ciri kejahatan terorganisir, beberapa aksi lainnya lebih mengarah pada tindakan kelompok sayap kiri. Penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan untuk mengungkap motif dan jaringan pelaku di balik serangan tersebut.