Internationalmedia.co.id memberitakan pernyataan mengejutkan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Dalam sebuah konferensi yang digelar Jewish News Syndicate akhir pekan lalu, Netanyahu mengungkapkan aksi pencegatan pesawat Iran oleh jet tempur Israel tahun lalu. Tujuannya? Mencegah pengiriman pasukan bantuan untuk Bashar al-Assad yang saat itu nyaris lengser dari kekuasaan di Suriah.
Netanyahu mengklaim Iran ingin menyelamatkan Assad setelah sekutunya, Hizbullah di Lebanon, mengalami kerugian besar dalam pertempuran dengan Israel. Rencana Teheran, menurut Netanyahu, adalah mengirimkan "satu atau dua divisi udara" untuk membantu mantan pemimpin Suriah tersebut. Namun, aksi cepat Israel berhasil menggagalkan misi tersebut. "Kami mengirimkan beberapa F-16 untuk mencegat sejumlah pesawat Iran yang menuju Damaskus. Mereka berbalik arah," tegas Netanyahu tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Pengakuan ini memberikan gambaran baru tentang strategi Israel di masa-masa kritis menjelang jatuhnya rezim Assad pada Desember 2024. Pernyataan Netanyahu juga menyinggung serangan Israel terhadap Hizbullah beberapa waktu sebelum insiden pencegatan pesawat Iran. Israel, kata Netanyahu, meledakkan ratusan pager dan walkie-talkie yang telah dipasang bom kecil, yang banyak digunakan anggota Hizbullah. Bahkan, Israel juga berhasil membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, beberapa hari setelahnya. Netanyahu mengaku memerintahkan serangan tersebut setelah mendapati Hizbullah mencurigai perangkat tersebut dan mengirimkannya ke Iran untuk diuji.
Pertempuran antara Israel dan Hizbullah berakhir dengan gencatan senjata pada November tahun lalu, setelah berlangsung lebih dari setahun. Meski demikian, pasukan Israel masih bercokol di beberapa wilayah Lebanon selatan. Pernyataan Netanyahu ini tentu akan memicu berbagai spekulasi dan analisis lebih lanjut mengenai dinamika politik dan militer di Timur Tengah.