Pernyataan kontroversial kembali dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Internationalmedia.co.id melaporkan, Trump menginginkan AS mengambil alih Jalur Gaza dan mengubahnya menjadi "zona kebebasan". Pernyataan ini langsung memicu kemarahan kelompok Hamas.
Basem Naim, pejabat senior Hamas, dengan tegas menyatakan penolakan terhadap rencana Trump tersebut. "Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari tanah Palestina – bukan properti yang dijual di pasar bebas," tegas Naim dalam pernyataan resminya, seperti dikutip dari AFP. Ia menambahkan, Hamas berkomitmen teguh pada tanah air dan tujuan nasionalnya, siap berkorban demi mempertahankan tanah air dan masa depan rakyat Palestina.

Pernyataan mengejutkan ini disampaikan Trump saat kunjungan kenegaraan ke Qatar, sebagai bagian dari rangkaian kunjungannya di Timur Tengah. "Saya punya konsep bagus untuk Gaza, menjadikannya zona kebebasan, dengan AS terlibat," kata Trump. Ia bahkan menyatakan bangga jika AS mengambil alih dan menjadikan Gaza sebagai zona kebebasan, tanpa menjelaskan detail rencana tersebut.
Pernyataan ini mengingatkan pada kontroversi sebelumnya. Pada Februari lalu, Trump juga mengusulkan agar AS mengambil alih Gaza, memindahkan penduduknya, dan mengubahnya menjadi resor pantai. Trump bahkan mengusulkan relokasi 2,3 juta penduduk Gaza ke Mesir atau Yordania, dengan klaim mereka akan hidup lebih baik. Usulan ini langsung menuai kecaman keras dari warga Palestina yang menganggapnya sebagai penghinaan terhadap hak dan sejarah mereka di Gaza. Kini, pernyataan terbaru Trump kembali memicu ketegangan dan menambah daftar panjang kontroversi yang pernah ia buat.