Internationalmedia.co.id melaporkan, Han Duck Soo, mantan Perdana Menteri Korea Selatan, secara resmi mengumumkan keikutsertaannya dalam pemilihan presiden yang akan digelar pada 3 Juni mendatang. Pengumuman mengejutkan ini disampaikan Jumat (2/5) waktu setempat, menyusul pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol karena penetapan darurat militer yang menimbulkan gejolak politik berkepanjangan di Negeri Ginseng.
Pemilu dini ini dipicu oleh kekacauan politik yang semakin intensif setelah pengadilan memutuskan persidangan ulang terhadap kandidat capres terkemuka karena dugaan pelanggaran hukum pemilu. Situasi semakin memanas dengan pengunduran diri dua tokoh penting pemerintahan, termasuk Han Duck Soo sendiri, sehari sebelumnya.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Han menyatakan kesiapannya untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar demi masa depan Korea Selatan. "Demi masa depan Republik Korea, negara yang sangat saya cintai, dan untuk kita semua, saya telah memutuskan untuk melakukan apa yang saya bisa," tegasnya. Ia bertekad untuk berjuang meraih suara rakyat dalam pemilihan presiden ini.
Han, yang sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Presiden setelah pemakzulan Yoon, diharapkan akan bekerja sama dengan Partai Kekuatan Rakyat untuk menghadapi kandidat terkuat dari Partai Demokrat Korea, Lee Jae Myung. Pria berusia 75 tahun ini memiliki rekam jejak panjang di pemerintahan, baik di era liberal maupun konservatif. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Duta Besar Korsel untuk AS, dan dua kali menjabat sebagai Perdana Menteri.
Pengalamannya yang luas, khususnya dalam bidang ekonomi, menjadi modal utama Han. Ia berjanji akan mengatasi krisis perdagangan yang tengah melanda, termasuk permasalahan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat. Pertarungan menuju kursi kepresidenan Korea Selatan semakin sengit dengan masuknya Han Duck Soo ke dalam arena pertarungan.
