Internationalmedia.co.id memberitakan ketegangan antara Lebanon dan Iran semakin memanas. Pemerintah Lebanon memanggil Duta Besar Iran di Beirut, Motjaba Amani, untuk dimintai klarifikasi atas komentarnya yang dianggap mencampuri urusan dalam negeri. Pertemuan panas tersebut terjadi pada Kamis (24/4) di Kementerian Luar Negeri Lebanon.
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Lebanon, Hani Chemaitelly, dalam pertemuan dengan Amani, menekankan pentingnya mematuhi protokol diplomatik dan menghormati kedaulatan negara. Chemaitelly secara tegas meminta Amani untuk tidak lagi mencampuri urusan internal Lebanon. Pemanggilan ini merupakan buntut dari pernyataan Amani beberapa waktu lalu yang menuduh Lebanon menyerah pada tekanan Amerika Serikat (AS) terkait isu perlucutan senjata Hizbullah.

Meskipun pernyataan Amani tidak secara langsung menyebut Lebanon atau Hizbullah, waktu dan konteksnya jelas mengarah pada diskusi terkini mengenai senjata kelompok militan yang didukung Iran tersebut. Dalam postingannya pada 18 April, Amani menyebut proyek perlucutan senjata sebagai konspirasi yang dirancang AS untuk melemahkan negara-negara lain. Ia bahkan memperingatkan negara-negara lain agar tidak terjebak dalam "perangkap musuh".
Pernyataan Amani ini memicu kemarahan Lebanon. Hizbullah, sekutu dekat Iran, memang tengah menghadapi tekanan dari AS untuk menyerahkan persenjataannya. Wakil Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Morgan Ortagus, bahkan mendesak perlucutan senjata Hizbullah dilakukan secepat mungkin. Namun, pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, dengan tegas menolak tuntutan tersebut. Ketegangan ini semakin memperumit situasi politik yang sudah rapuh di Lebanon, khususnya dalam konteks hubungannya dengan Iran dan AS.