Internationalmedia.co.id melaporkan perkembangan terkini konflik Gaza. Hamas menawarkan pembebasan sandera berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Edan Alexander, sebagai isyarat itikad baik untuk gencatan senjata. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran tersebut dan menegaskan tidak akan ada gencatan senjata, bahkan setelah pembebasan Alexander.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis, Hamas menyatakan kesiapannya untuk negosiasi intensif guna mengakhiri konflik, termasuk pertukaran tahanan dan pengelolaan Jalur Gaza oleh badan independen. Pembebasan Alexander, menurut Hamas, merupakan bagian dari upaya untuk membuka kembali jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza yang telah diblokade Israel selama lebih dari dua bulan. Keluarga Alexander telah diinformasikan mengenai kemungkinan pembebasan dalam beberapa hari mendatang, dan Presiden AS Donald Trump pun memuji langkah ini sebagai "isyarat itikad baik". Mesir dan Qatar, yang turut memediasi pembicaraan, juga menyambut positif perkembangan ini.

Namun, Netanyahu menyatakan bahwa pembebasan Alexander, yang dicapai melalui tekanan militer Israel di Gaza, bukan berarti Israel akan berhenti menyerang. Ia menegaskan komitmennya hanya pada penyediaan koridor aman untuk pembebasan sandera, bukan gencatan senjata atau pembebasan tahanan Palestina. Pernyataan Netanyahu ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai nasib gencatan senjata dan masa depan konflik di Gaza. Sementara itu, serangan Israel terus berlanjut, dengan korban jiwa terus bertambah. Situasi di Gaza tetap tegang dan penuh ketidakpastian.