Rencana anggaran pertahanan Rusia melonjak pesat, melampaui angka-angka sebelumnya dan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin. Lonjakan ini mencerminkan ambisi besar negara tersebut untuk memperkuat kekuatan militernya, seiring dengan upaya Rusia untuk menanggapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks. Seperti air yang mengalir deras setelah hujan lebat, anggaran ini mencerminkan keputusan strategis untuk memperluas pengaruh militer Rusia di panggung dunia.
Pada hari Minggu (1/12), Presiden Vladimir Putin menyetujui anggaran pertahanan Rusia yang jumlahnya mencapai angka yang luar biasa besar. Keputusan ini menandai komitmen Rusia untuk terus memperkuat kekuatan militer mereka, dengan anggaran yang mencerminkan prioritas tinggi terhadap sektor pertahanan di tengah ketegangan global yang semakin meningkat.
Negeri Beruang Merah dilaporkan berencana mengalokasikan sepertiga dari total anggaran belanja negara untuk kebutuhan pertahanan pada tahun 2025. Langkah ini mencerminkan fokus yang semakin tajam pada penguatan sektor militer, dengan proporsi anggaran yang signifikan mencerminkan prioritas utama negara tersebut dalam menghadapi tantangan strategis di masa depan.
Menurut laporan CNN, Rusia diperkirakan akan mengalokasikan anggaran sebesar USD126 miliar, atau sekitar Rp2 ribu triliun, untuk kebutuhan pertahanan nasional pada tahun depan. Anggaran ini akan menyerap sekitar 32,5 persen dari total pengeluaran pemerintah Rusia pada tahun 2025, menunjukkan besarnya prioritas yang diberikan pada sektor militer dalam kebijakan negara tersebut.
Alokasi anggaran pertahanan nasional Rusia untuk tahun 2025 ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun 2024. Pada tahun ini, Rusia hanya menganggarkan USD28 miliar, atau sekitar Rp444 triliun, untuk keperluan pertahanan. Peningkatan anggaran yang signifikan untuk 2025 mencerminkan fokus yang lebih intensif pada penguatan kekuatan militer, seiring dengan dinamika geopolitik yang semakin menuntut kesiapan negara tersebut.
Parlemen Rusia telah menyetujui usulan anggaran pertahanan tersebut, dengan pertimbangan bahwa dana tambahan diperlukan untuk mendukung operasional pasukan militer Rusia dalam perang melawan Ukraina. Kebutuhan pendanaan ini menjadi krusial untuk memastikan kelancaran operasi militer yang terus berlangsung, serta untuk memperkuat kesiapan dan daya tempur pasukan di tengah situasi yang semakin intensif.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, negara tersebut telah secara signifikan meningkatkan alokasi anggaran untuk kebutuhan pertahanan. Langkah ini diambil untuk memastikan pembiayaan yang cukup bagi angkatan militer Rusia dalam upayanya berperang melawan Ukraina. Peningkatan anggaran ini mencerminkan komitmen Rusia untuk memperkuat kemampuan militernya di tengah konflik yang berlangsung, serta untuk mendukung kelangsungan operasi militer di wilayah yang terus bergolak.
Namun, peningkatan anggaran pertahanan ini justru berkontribusi pada lesunya perekonomian Rusia. Untuk mendanai kenaikan anggaran militer yang signifikan, Rusia terpaksa menaikkan suku pajak dan suku bunga secara drastis. Langkah ini memberikan dampak negatif terhadap daya beli masyarakat dan memicu penurunan aktivitas ekonomi, karena beban keuangan yang lebih tinggi bagi perusahaan dan individu semakin membatasi pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pada Oktober lalu, Rusia menaikkan suku bunga bank sebesar 21 persen, sebuah langkah yang merupakan kenaikan terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk menanggulangi inflasi dan menstabilkan nilai mata uang, namun dampaknya juga memperberat beban ekonomi domestik, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan biaya pinjaman bagi sektor bisnis dan konsumen.
Kenaikan suku bunga yang tajam ini kemudian berdampak langsung pada banyak perusahaan di Rusia, yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kesulitan membayar pajak dan tidak mampu mengajukan pinjaman ke bank. Akibatnya, banyak bisnis yang terjepit secara finansial, memperburuk tingkat pengangguran dan memperlambat pemulihan ekonomi negara tersebut.
Peningkatan anggaran pertahanan Rusia ini terjadi seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Situasi geopolitik yang semakin memanas mendorong Rusia untuk memperkuat kesiapan militer mereka, mengingat ancaman yang dirasakan dalam konflik yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Pada Oktober lalu, Rusia dilaporkan berhasil merekrut pasukan dari Korea Utara untuk mendukung upaya mereka melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk. Langkah ini semakin memanaskan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, dengan intensitas konflik yang semakin meningkat sejak saat itu. Kedekatan kedua negara tersebut dalam menghadapi perang ini turut memperburuk hubungan internasional dan memperpanjang ketegangan yang sudah ada.
Bahkan, Rusia telah melancarkan serangan terbaru mereka pada Senin (2/12). Menurut laporan dari Reuters, pasukan militer Ukraina menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan Kota Ternopil dan mengakibatkan satu korban jiwa. Serangan ini menambah deretan eskalasi konflik yang semakin intens di wilayah tersebut.