Internationalmedia.co.id – Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, dengan tegas menolak tawaran "perdamaian" dari Amerika Serikat (AS) jika harus mengorbankan kedaulatan negaranya. Kecaman ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari Washington, termasuk pengerahan kekuatan militer di kawasan Karibia dan tuduhan keterlibatan Maduro dalam aktivitas kriminal.
Maduro menyatakan bahwa Venezuela menginginkan perdamaian yang sejati, bukan perdamaian yang dipaksakan dengan menjadi "budak" atau "koloni" AS. Ia menuduh AS menggunakan taktik "terorisme psikologis" selama 22 pekan terakhir dengan mengerahkan angkatan lautnya untuk menggoyahkan pemerintahannya.

"Kita menginginkan perdamaian, tetapi perdamaian dengan kedaulatan, kesetaraan, dan kebebasan! Kita tidak menginginkan perdamaian budak, atau perdamaian koloni!" tegas Maduro di hadapan para pendukungnya di Caracas, seperti dilansir AFP dan TRT World.
Pernyataan keras ini muncul setelah Trump dilaporkan mengadakan pertemuan dengan para pejabat keamanan nasionalnya untuk membahas situasi Venezuela. Meskipun Trump mengakui telah berbicara dengan Maduro melalui telepon, isi percakapan tersebut masih dirahasiakan.
AS sendiri telah meningkatkan tekanan terhadap Venezuela dengan melancarkan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang diduga membawa narkoba di perairan Karibia dan Pasifik Timur. Trump juga mengancam akan memperluas operasi militer ke daratan dan menetapkan Kartel de los Soles, yang dituduh dipimpin oleh Maduro, sebagai organisasi teroris asing.
Maduro membantah semua tuduhan tersebut dan menegaskan kesetiaannya kepada rakyat Venezuela. Ia berjanji untuk mempertahankan kedaulatan negaranya di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS. "Saya bersumpah kepada Anda, kesetiaan mutlak hingga akhir hayat," ujarnya.

