Berita mengejutkan datang dari Timur Tengah. Internationalmedia.co.id melaporkan bahwa Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana militer untuk memperluas serangan di Gaza. Rencana ini telah memicu kekhawatiran serius dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melihat potensi bencana kemanusiaan semakin besar.
PBB telah berulang kali memperingatkan akan terjadinya krisis kemanusiaan yang mengerikan, terutama kelaparan, setelah Israel memblokade bantuan kemanusiaan ke Gaza selama dua bulan terakhir. Juru bicara PBB, Farhan Haq, menyampaikan kekhawatiran Sekjen Antonio Guterres atas rencana terbaru Israel yang dikhawatirkan akan menyebabkan lebih banyak korban sipil dan kehancuran di Gaza. Haq menekankan pentingnya Gaza sebagai bagian integral dari negara Palestina di masa depan.

Rencana militer Israel, menurut seorang pejabat senior keamanan, mencakup evakuasi besar-besaran penduduk Gaza dari zona pertempuran ke wilayah selatan Gaza. Juru bicara militer, Effie Defrin, menyatakan bahwa pemindahan sebagian besar penduduk Jalur Gaza bertujuan untuk melindungi mereka. Perlu diingat, hampir seluruh 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya sekali selama perang yang dimulai sejak serangan Hamas pada Oktober 2023.
Langkah Israel ini menuai kecaman. Uni Eropa turut menyuarakan keprihatinan dan mendesak Israel untuk menahan diri, dengan alasan rencana tersebut akan mengakibatkan lebih banyak korban dan penderitaan bagi rakyat Palestina. Sementara itu, Israel sendiri mendesak warga Palestina untuk meninggalkan Gaza secara sukarela, namun bagi warga Palestina, rencana pemindahan ini mengingatkan kembali pada "Nakba", tragedi pengusiran massal pada tahun 1948. Situasi ini semakin menegangkan dan membutuhkan perhatian dunia internasional.