Gempar! Internationalmedia.co.id memberitakan aksi demonstrasi besar-besaran di Bangkok menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra. Ratusan demonstran memenuhi Government House, kantor resmi Perdana Menteri, Rabu (18/6) kemarin. Mereka geram atas kebocoran rekaman percakapan telepon Paetongtarn dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen.
Isi percakapan yang bocor tersebut dinilai telah menyinggung publik dan memicu kontroversi besar. Paetongtarn disebut-sebut menyebut komandan militer di timur laut Thailand sebagai "lawan", dan memanggil Hun Sen dengan sebutan "paman". Pernyataan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan dinilai telah merusak citra negara. Reaksi keras pun tak terelakkan.

Partai Bhumjaithai, mitra koalisi utama, langsung menarik diri, menuduh Paetongtarn merusak negara dan menghina martabat militer. Demonstrasi pun pecah. Di bawah terik matahari, para demonstran, banyak di antaranya pendukung gerakan "Yellow Shirts" yang konservatif dan pro-kerajaan, mengangkat tinggi bendera Thailand dan spanduk bertuliskan kecaman terhadap sang Perdana Menteri. Ucapan "Pergi!" dan "Pergi ke neraka!" menggema di udara, diiringi oleh kehadiran puluhan polisi antihuru-hara.
Seorang demonstran berusia 68 tahun, Kanya Hanotee, menyatakan kekecewaannya. "Dia kurang memiliki keterampilan negosiasi. Memangnya dia siapa? Negara ini bukan miliknya," tegasnya kepada kantor berita AFP. Para demonstran menilai Paetongtarn, yang berusia 38 tahun, "kurang memiliki keterampilan diplomatik" dan telah "membahayakan kepentingan nasional". Skandal ini pun menjadi ujian berat bagi pemerintahan Paetongtarn. Akankah ia bertahan?