Internationalmedia.co.id memberitakan, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kanada, Muhsin Syihab, baru-baru ini menyerahkan surat kepercayaan kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Juan Carlos Salazar, di markas besar ICAO, Montreal, Kanada. Penyerahan ini menandai langkah penting Indonesia dalam memainkan peran lebih besar di dunia aviasi global.
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Muhsin menekankan komitmen Indonesia terhadap penggunaan bahan bakar alternatif (SAF) untuk penerbangan. Ia juga membahas berbagai isu krusial di bidang aviasi, termasuk isu lingkungan, perkembangan teknologi penerbangan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) aviasi, dan persiapan menuju Sidang Majelis ICAO ke-42.

Sekjen ICAO, Salazar, menyoroti tantangan dekarbonisasi sektor aviasi internasional yang semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan pesat jumlah penumpang udara. ICAO sendiri telah menetapkan target emisi karbon nol persen pada tahun 2050. Inisiatif Indonesia dalam mengembangkan SAF, khususnya melalui pengiriman perdana SAF dari Pertamina menggunakan minyak jelantah oleh PT Kilang Pertamina Internasional sebanyak 1,7 juta liter ke Bandara Soekarno-Hatta, mendapat apresiasi tinggi dari Salazar. Ia menyebut Indonesia sebagai mitra strategis ICAO dalam upaya dekarbonisasi aviasi global.
Apresiasi serupa disampaikan Presiden Dewan ICAO, Salvatore Sciacchitano. Ia memuji upaya Indonesia dalam mengembangkan SAF secara mandiri dan menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan Indonesia sebagai hub utama SAF di Asia Pasifik dan dunia. Dubes Muhsin pun menyatakan kesiapan Indonesia untuk berkolaborasi dengan ICAO dan negara-negara anggota lainnya demi mewujudkan aviasi yang berkelanjutan.
Pertemuan-pertemuan ini bukan hanya memperkuat posisi diplomasi Indonesia di forum aviasi internasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam industri energi alternatif global. Langkah Indonesia dalam pengembangan SAF menunjukkan komitmen nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menempatkan Indonesia di garis depan inovasi aviasi dunia.

