Kunjungan mendadak Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Kanselir Jerman Friedrich Merz ke Kyiv, Ukraina, mengundang banyak pertanyaan. Internationalmedia.co.id melaporkan, ketiganya tiba di Kyiv Sabtu (10/5) menggunakan kereta api dari Polandia, bergabung dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk. Ini adalah kunjungan bersama pertama keempat pemimpin negara Eropa tersebut ke Ukraina, sebuah simbol persatuan Eropa di tengah konflik berkepanjangan.
Kedatangan mereka terjadi sehari setelah parade militer Rusia yang megah memperingati berakhirnya Perang Dunia II, di mana Presiden Vladimir Putin menunjukkan sikap menantang. Keempat pemimpin Eropa tersebut, dalam pernyataan bersama, menyerukan Rusia untuk menerima gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, sebuah usulan yang sebelumnya dilontarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Mereka menekankan pentingnya menciptakan ruang dialog untuk perundingan perdamaian yang adil dan langgeng.
Pernyataan tersebut juga berisi komitmen untuk terus meningkatkan dukungan kepada Ukraina dan meningkatkan tekanan pada Rusia hingga gencatan senjata tercapai. Para pemimpin Eropa menegaskan kembali dukungan mereka terhadap seruan perdamaian dan menekankan perlunya mengakhiri pertumpahan darah. Mereka berkomitmen untuk membantu Ukraina menjadi negara yang aman, terlindungi, dan berdaulat dalam batas-batas wilayahnya yang diakui secara internasional.
Pertemuan dengan Presiden Volodymyr Zelensky diyakini akan membahas komitmen kuat terhadap Ukraina dan strategi menghadapi agresi Rusia. Kunjungan ini menjadi sinyal kuat dukungan internasional bagi Ukraina di tengah konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Apakah kunjungan ini akan membawa terobosan dalam upaya perdamaian? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
