Pengumuman mengejutkan datang dari Internationalmedia.co.id. Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, resmi mengundurkan diri dari jabatannya di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) pemerintahan Donald Trump. Keputusan ini mengakhiri babak penuh gejolak dalam kariernya di pemerintahan AS, yang ternyata dipenuhi frustrasi dan benturan kepentingan.
Dilansir dari Associated Press (AP), Rabu malam (28/5), pengunduran diri Musk menandai berakhirnya periode yang diwarnai ribuan PHK, pembubaran lembaga pemerintah, dan sederet tuntutan hukum. Meskipun berambisi besar, Musk rupanya kesulitan beradaptasi dengan dinamika birokrasi pemerintahan. Target awal pemangkasan anggaran yang mulanya sebesar $2 triliun, kemudian direvisi menjadi $1 triliun, dan akhirnya hanya mencapai $150 miliar. Kegagalan mencapai target ambisius ini semakin memicu frustrasi Musk.
Konflik dengan pejabat senior pemerintahan Trump juga tak terhindarkan. Upaya Musk merombak departemen-departemen pemerintah kerap berbenturan dengan kepentingan pihak lain, memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Perannya sebagai pimpinan DOGE, yang memang sedari awal direncanakan sementara, akhirnya berakhir dengan pengumuman mendadak melalui akun X miliknya.
Dalam unggahan tersebut, Musk menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Trump atas kesempatan yang diberikan. Ia juga optimistis bahwa misi DOGE akan terus berlanjut dan menjadi bagian integral dari pemerintahan AS. Namun, di balik kata-kata optimistis tersebut, tersimpan cerita perjuangan seorang miliarder yang harus berhadapan dengan realita birokrasi yang rumit dan berbeda jauh dengan dunia bisnis yang selama ini ia geluti. Apa sebenarnya yang membuat Musk menyerah? Misteri ini masih menunggu jawaban.
