JAKARTA—Pengurus PINTI (Perempuan Indonesia Tionghoa) DKI Jakarta kembali mengadakan Peringatan Hari Kartini yang digelar Sabtu (20/4), di kantor Sekretariat INTI Pusat, Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat.
Acara yang mengusung tema “Perempuan Berdarya Berkarya Tak Kenal Usia” tersebut dihadiri oleh Komnas Perempuan yang diwakili oleh Dewi Kanti, Christina Yulita dan Elsa.
Kemudian Perwakilan dari Soka Gakai, Perwakilan dari PERKHIN (Perempuan Khonghucu Indonesia), Pendiri serta Pembina PINTI Nancy Wijaya, perwakilan dari Dialita dan Wanojabinangkit serta perwakilan dari tim Angklung Paguyuban Meizhou Indonesia.
Acara diawali dengan Pembacaan Puisi oleh Lindawaty (Humas PINTI Pusat). Dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua panitia sekaligus Ketua PINTI DKI Jakarta dr Widya yang berharap perjuangan Kartini bisa menjadi sumber inspirasi perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender, berdaya dan berkarya terus – menerus tanpa kenal usia.
Menurutnya kesataraan gender merupakan hak asasi setiap perempuan. Dan untuk mewujudkannya, maka diperlukan sosialisasi yang terus – menerus bahwa perempuan juga mempunyai hak untuk berkedudukan yang setara dengan laki – laki.
“Inilah cita – cita mulia ibu Kartini. Mari kita teruskan semangat juang Kartini lewat karya – karya yang nyata,” ujar dr Widya.
Nancy Wijaya selaku Pendiri sekaligus Pembina PINTI dalam kata sambutannya berharap agar PINTI dapat selalu bersinergi serta berjuang bersama dengan Komnas Perempuan.
“Selalu berjuang untuk semua Perempuan agar mendapatkan hak kesetaraan gender,” imbuhnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan Paduan Suara dari Ibu – ibu Wanojabinangkit dan Dialita. Mereka tampil sangat indah merdu .
Dewi Kanti, perwakilan dari Komnas Perempuan yang juga menyampaikan kata sambutan, menyampaikan sudah lama kenal dan selalu berkolabolasi dengan PINTI. Pasalnya, Komnas maupun PINTI mempunyai cita – cita yang sama dalam kesetaraan gender untuk perempuan Indonesia yang hebat.
Sementara perwakilan dari Wonojabinangkit, Nani, mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Dari muda sampai saat ini walau diusianya yang sudah sangat senior tetap semangat memperjuangkan haknya.
Di penghujung acara, dilakukan prosesi pemotongan nasi tumpeng serta pemberian buku tragedi Mei 98 oleh Nancy Wijaya kepada Dewi Kanti, perwakilan dari Komnas perempuan. ***