Menurut sumber yang menginformasikan kepada Bloomberg, Inggris baru-baru ini mengirimkan “puluhan” rudal jarak jauh Storm Shadow tambahan ke Ukraina, mengingat persediaan Kiev yang semakin menipis.
Pengiriman tersebut, yang dilakukan tanpa pengumuman publik, telah selesai sebelum Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Prancis memberikan izin kepada Kiev untuk meluncurkan rudal jarak jauh ke Rusia, menurut laporan yang dipublikasikan kantor berita tersebut pada hari Senin (26/11/2024).
Amunisi buatan Inggris itu tiba di Ukraina “beberapa pekan lalu,” menurut sumber yang mengetahui perihal tersebut.
“Sumber tersebut menolak mengungkapkan tanggal pengiriman atau jumlah rudal yang dipasok, dengan alasan perlunya keamanan operasional,” ungkap laporan Bloomberg.
Badan tersebut meminta klarifikasi dari Kementerian Pertahanan Inggris tetapi diberitahu, “Kami tidak mengomentari rincian operasional, karena itu hanya akan menguntungkan Rusia.”
Kementerian tersebut menyatakan bahwa dukungan Inggris terhadap Ukraina tetap “kuat.”
Sejak meningkatnya permusuhan antara Moskow dan Kiev pada Februari 2022, London telah mengirimkan sejumlah rudal Storm Shadow kepada Kiev, meskipun jumlah pastinya tidak diungkapkan.
Pengiriman amunisi tersebut terakhir kali dikonfirmasi oleh otoritas Inggris pada bulan April.
Storm Shadow adalah rudal berpemandu presisi yang diluncurkan dari udara, dengan jangkauan lebih dari 250 km (155 mil), dan telah digunakan sejak awal tahun 2000-an.
Amunisi tersebut dikembangkan oleh London bekerja sama dengan Paris, dengan varian Prancisnya yang dikenal sebagai SCALP.
Menurut laporan media Inggris, militer Ukraina baru-baru ini menembakkan rudal Storm Shadow pertamanya ke wilayah Rusia yang diakui secara internasional, dengan target Wilayah Kursk, sekitar sepekan yang lalu.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh dua rudal buatan Inggris pada hari tersebut, namun tidak memberikan informasi mengenai lokasi tepatnya kejadian itu.
Penggunaan Storm Shadow yang dilaporkan terjadi sehari setelah serangan yang dilakukan Kiev di Wilayah Bryansk, Rusia, menggunakan rudal ATACMS yang dipasok oleh AS.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak memberikan izin untuk serangan jarak jauh oleh Ukraina, dengan alasan bahwa hal itu akan menjadikan NATO sebagai pihak yang terlibat langsung dalam konflik, mengingat ketidakmampuan Kiev dalam mengerahkan senjata canggihnya sendiri.
Tanggapan Rusia muncul pada Kamis lalu, ketika mereka menggunakan rudal balistik hipersonik Oreshnik baru, yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, untuk menyerang fasilitas industri militer Ukraina di Dnepropetrovsk.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut serangan tersebut sebagai “uji coba tempur” untuk senjata canggih tersebut dan memperingatkan bahwa “uji coba” semacam itu akan berlanjut sesuai dengan situasi yang ada.
“Kami menganggap diri kami berhak menggunakan senjata kami terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan penggunaan senjata mereka terhadap fasilitas kami, dan jika terjadi eskalasi tindakan agresif, kami akan menanggapi dengan tegas dan dengan cara yang sama,” tegas Putin.