Internationalmedia.co.id melaporkan, perintah gencatan senjata selama tiga hari yang dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina mulai berlaku Kamis (8/5). Langkah ini, menurut klaim Rusia, bertujuan menguji kesediaan Ukraina untuk berdamai. Namun, Ukraina sendiri langsung menudingnya sebagai sandiwara belaka. Situasi di lapangan pun masih abu-abu, belum jelas apakah kedua belah pihak benar-benar mematuhi kesepakatan tersebut.
Laporan dari AFP menyebutkan, situasi relatif tenang pada malam harinya. Akan tetapi, militer Ukraina melaporkan serangan udara Rusia di wilayah Sumy, Ukraina timur, Kamis pagi waktu setempat. Untungnya, Kyiv menyatakan tidak ada kerusakan atau korban jiwa yang dilaporkan.

Gencatan senjata sepihak ini diumumkan Putin bertepatan dengan parade Hari Kemenangan Moskow pada Jumat (9/5). Ukraina sendiri menolak usulan tersebut dan malah meminta gencatan senjata selama 30 hari. Presiden AS, Donald Trump, yang sejak Januari lalu berupaya mengakhiri konflik ini, hingga kini belum berhasil meredakan permusuhan antara Rusia dan Ukraina.
Ironisnya, beberapa jam sebelum gencatan senjata dimulai, baik Moskow maupun Kyiv melancarkan serangan udara. Akibatnya, sejumlah bandara di Rusia ditutup sementara, dan sedikitnya dua orang tewas di Ukraina. Bandara Nizhny Novgorod, misalnya, ditutup selama sekitar satu setengah jam demi keselamatan penerbangan sipil.
Kremlin menyatakan pasukan Rusia akan menghormati perintah Putin, namun akan membalas "segera" jika diserang. Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menyerukan gencatan senjata 30 hari. "Kami tidak menarik usulan ini, yang bisa membuka peluang diplomasi. Namun dunia belum melihat respons apa pun dari Rusia," tegas Zelensky dalam pidatonya Rabu (7/5).
Putin sebelumnya juga pernah mengumumkan gencatan senjata bulan lalu, menyebutnya sebagai isyarat kemanusiaan, setelah mendapat tekanan dari AS. Ia menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat dari AS-Ukraina pada Maret lalu. Ukraina sendiri mengaku ragu Rusia akan mematuhi kesepakatan ini, mengingat tuduhan ratusan pelanggaran gencatan senjata 30 jam sebelumnya, yang diperintahkan Putin untuk Hari Paskah. Pertanyaannya, akankah gencatan senjata tiga hari ini membawa secercah harapan perdamaian, atau hanya sekadar sandiwara politik?