Internationalmedia.co.id – Militer Amerika Serikat (AS) baru saja mengumumkan pembentukan satuan tugas (satgas) baru yang akan ditempatkan di Timur Tengah. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi ambisius untuk mendominasi medan perang modern dengan ratusan ribu drone murah.
Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengumumkan pembentukan Task Force Scorpion Strike (TFSS) pada hari Rabu (3/12) waktu setempat. Pembentukan satgas ini dilakukan sehari setelah Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengungkapkan rencana "drone dominance" senilai 1 miliar dolar AS yang akan direalisasikan dalam dua tahun.

Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman drone di medan perang, serta ratusan serangan yang dilakukan oleh milisi dan kelompok yang didukung Iran terhadap pasukan AS di Irak, Suriah, dan wilayah lain di Timur Tengah selama pemerintahan mantan presiden Joe Biden. Serangan-serangan tersebut, yang bahkan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dari pihak AS, menekankan kebutuhan mendesak akan solusi drone defensif dan ofensif yang lebih cepat dan adaptif.
CENTCOM menyatakan bahwa TFSS dirancang untuk segera membekali pasukan AS dengan sistem drone canggih yang mampu menghadapi ancaman saat ini dan yang akan datang di medan perang. "Memperlengkapi prajurit terampil kita dengan kemampuan drone mutakhir lebih cepat menunjukkan inovasi dan kekuatan militer AS, yang akan mencegah pelaku kejahatan," tegas Komandan CENTCOM, Laksamana Brad Cooper.
Sebagai bagian dari peluncuran ini, AS telah mengerahkan sistem serangan tempur nirawak berbiaya rendah yang dikenal sebagai drone LUCAS. Platform ini menawarkan operasi otonom jarak jauh dan dapat diluncurkan melalui berbagai metode, termasuk ketapel, lepas landas dengan bantuan roket, dan sistem darat atau kendaraan bergerak. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam strategi militer AS di Timur Tengah, yang kini semakin mengandalkan teknologi drone untuk menjaga keamanan dan stabilitas kawasan.

