Presiden Peru, Dina Boluarte, membuat keputusan kontroversial dengan menaikkan gajinya dua kali lipat menjadi US$10.000 (sekitar Rp 162 juta) per bulan. Kenaikan gaji ini diumumkan Internationalmedia.co.id mengutip kantor berita AFP, hanya setahun sebelum masa jabatannya berakhir. Pengumuman ini langsung menuai kecaman publik mengingat popularitas Boluarte yang sangat rendah, bahkan nyaris mencapai titik nol.
Keputusan tersebut dibenarkan oleh Menteri Ekonomi Raul Perez-Reyes dengan alasan perbandingan gaji kepala negara di 12 negara Amerika Latin. Sebelumnya, gaji Boluarte berada di peringkat ke-11, hanya di atas Bolivia. Namun, justifikasi ini dinilai tidak tepat oleh banyak pihak, mengingat situasi politik dan sosial Peru yang tengah bergejolak.
Ekonom Jorge González Izquierdo menilai timing pengumuman kenaikan gaji ini sangat buruk. "Ini adalah waktu terburuk untuk mengumumkan berita ini, mengingat tingkat dukungannya mendekati nol," ujarnya di televisi N. Senada dengan itu, mantan Menteri Ekonomi Luis Miguel Castilla menyebut tindakan ini memperkuat kesan ketidakcermatan presiden.
Boluarte memang tengah menghadapi berbagai tantangan berat. Sejak naik ke tampuk kekuasaan Desember 2022, ia dihadapkan pada demonstrasi besar-besaran, berbagai skandal, investigasi, dan lonjakan kekerasan geng. Ia bahkan menjadi target belasan penyelidikan, termasuk kasus dugaan penerimaan hadiah mewah yang dikenal sebagai "Rolexgate". Dengan tingkat dukungan publik hanya sekitar 2 persen pada Mei lalu, kenaikan gaji ini semakin memperkeruh suasana.
