Thursday, 09 May 2024

Search

Thursday, 09 May 2024

Search

Bedah Bariatrik Solusi untuk Atasi Masalah Obesitas

JAKARTA(IM)-Kasus  obesitas kalangan dewasa di Indonesia terus meningkat dan berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Gaya hidup tidak sehat, kemudahan akses untuk mendapatkan makanan atau minuman, kurangnya aktivitas fisik, bahkan periode di rumah saja selama pandemi pun turut mendukung peningkatan angka kasus obesitas secara konsisten

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara obesitas dan risiko beragam penyakit tak menular (PTM) mulai dari diabetes, hipertensi, stroke, hingga kanker.

Menjadi momok menyeramkan, perubahan pola pikir masyarakat terkait kualitas hidup akhirnya mendorong keinginan untuk hidup sehat dan seimbang, serta memiliki berat badan ideal. 

Beragam metode mulai dari berbagai macam pola diet, penggunaan obat-obatan herbal dan kimia, baik yang penggunaannya diminum maupun disuntikkan, olahraga intens, hingga memilih jalur bedah kosmetik, tidak jarang dipilih sebagai langkah untuk mendapatkan berat badan ideal dengan cepat.

Ada yang berhasil, sayangnya lebih banyak yang tidak memberikan hasil optimal, bahkan berujung pada kenaikan kembali berat badan melebihi berat badan sebelumnya (yo-yo effect).

Dr. dr. Peter Ian Limas,  spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah menjelaskan, “Bedah bariatrik hadir sebagai opsi lebih efektif untuk menangani kasus obesitas.”

“Dengan tingkat kesuksesan tinggi untuk menurunkan berat badan, tindakan bedah bariatrik juga terbukti bermanfaat bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes, hipertensi, dan efek dominonya dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko gangguan jantung dan ginjal, stroke, hingga kanker,” papar dr.Peter.

“Namun, perlu diingat, keseluruhan manfaat dari tindakan bedah bariatrik dapat dicapai secara optimal jika didukung oleh komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien dalam mengubah gaya hidup mereka, sepanjang usia,” jelasnya

Jenis bedah bariatrik yang paling sering dilakukan adalah sleeve gastrectomyRoux en Y gastric bypass, dan single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI).

Ketiga tindakan ini sama-sama memiliki hasil akhir penurunan berat badan karena adanya modifikasi saluran pencernaan pasien.

Hal ini memengaruhi pola makan dan penyerapan makanan dalam tubuh.

Tindakan bedah bariatrik diperuntukkan pada pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35 tanpa komorbid atau IMT di atas 30 yang memiliki komorbid diabetes ataupun hipertensi, dan/atau telah gagal menurunkan berat badan dengan perubahan gaya hidup (diet dan olahraga).

“Bedah bariatrik sangat berbeda dengan bedah kosmetik seperti tummy tuck atau sedot lemak. Bedah bariatrik menangani akar persoalan dengan mengobati pasien obesitas dan penyakit penyertanyam” kata dr.Peter.

Cara kerja bedah bariatrik adalah dengan memodifikasi saluran cerna pasien yang menyebabkan makanan tidak melewati usus dua belas jari (Roux en Y gastric bypass) atau melewatinya dengan lebih cepat (Sleeve gastrectomy).

Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan hormon GLP-1 yang memperbaiki metabolisme gula oleh insulin.

Hal itu kemudian dapat membantu menghilangkan rasa lapar pasien, memodifikasi profil hormon pasien sehingga lebih efektif bekerja, hingga membantu mengurangi kalori yang diserap tubuh.

“Sedangkan bedah kosmetik hanya bertindak memperbaiki penampilan tanpa menyentuh akar persoalannya,” tambah dr. Peter.

Sebelum melakukan tindakan, pemeriksaan awal akan dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan jantung, USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung, serta pengecekan sleep study untuk mengetahui ada tidaknya kondisi sleep apnea.

Begitu hasil pemeriksaan didapat, pasien pun diwajibkan untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter seperti dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dokter spesialis penyakit dalam dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pada saat sebelum dan sesudah tindakan bariatrik, serta dokter spesialis anestesi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan menentukan layak tidaknya seseorang menjalani prosedur bariatrik dan juga menjadi faktor penentu tindakan bedah bariatrik apa yang sesuai untuk dilakukan.

Pasien pun diimbau untuk menjalani diet rendah kalori (1.000 kilo kalori) selama sekitar dua minggu sebelum tindakan.

Hal ini dilakukan untuk mengecilkan organ hati sehingga tidak menutupi lapang pandang ketika dilakukan tindakan bedah bariatrik.

Chief Executive Officer (CEO) RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS mengatakan, angka obesitas di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mendorong pihaknya untuk berusaha menyediakan berbagai solusi untuk mengatasinya, salah satunya melalui tindakan bedah bariatrik.

“Layanan bedah bariatrik di RS Pondok Indah didukung oleh teknologi medis terkini untuk menegakkan diagnosis dan tenaga medis ahli yang meliputi dokter spesialis bedah serta dokter spesialis terkait lainnya, seperti dokter spesialis gizi klinik dan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin metabolik dan diabetes untuk para pasien yang mengalami obesitas dengan komorbid diabetes,” paparnya.

“Kami berharap semoga bedah bariatrik ini dapat menjadi layanan kesehatan terdepan yang dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup para pasien kami,” ucapnya.

“Kami akan terus berkomitmen untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mengutamakan kebutuhan pasien kami di masa mendatang,” tutup dr. Yanwar. tom

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media